Minggu, 22 November 2020

Metamorposa 6

             “Sayang, bangun nak…” ucap seseorang sambil mengusap rambutku. Pasti itu mamaku.

            “Hmm… iya ma” ucapku sambil duduk dan masih menutup mataku.

            “Hari ini kan kamu akan masuk sekolah nak, emang nggak kangen sama teman-teman kamu” kata ibuku membuatku membuka mataku semangat.

            “Eh, iya yah maa, aku mandi dulu yah” kataku sambil berlari masuk kedalam kamar mandi.

            “Mama tunggu dibawah yah, di meja makan” teriak mama ku didepan pintu kamar mandi.

            “Iya maa” jawabku dari dalam kamar mandi.

            “Eh, nggak boleh bicara dalam kamar mandi, sayang!” seru mama ku. aku hanya berdehem sebagai jawaban ‘iya’.

Setelah aku siap dengan seragam sekolahku lengkap dengan hijab dan tas, akupun pergi ke meja makan. Terlihat mama ku dan kak Lugu sedang tertawa bersama.

            “Kayaknya ada yang lucu nih” kataku sambil duduk di dekat kak Lugu.

            “Gini adekku sayang, gue cuman heran aja sama lo. Kok gaya bicara lo ke mama kayak bicara sama sahabat lo. Nggak kayak dulu, dulu kalo bicara sama mama lo saring dulu “ Kata kakakku sambil memulai memakan sarapannya.

            “Eh kak, kalo sebelum makan itu baca doa” ucapku sambil menatap tajam kakakku dan kak Lugu malah terkekeh.

            “Sudah-sudah, mama nyaman kok kalo gaya bicara Ririn yang sekarang, malahan mama nggak suka kalau terlalu kaku juga” kata mamaku sambil tersenyum kepadaku dan akupun tersenyum juga. Emang senyum mama ku itu bikin nular hehe.

Setelah kami sarapan, kak Lugu mengantar aku kesekolah kemudian dia pergi ke kampusnya.

Tak lupa, kak Lugu terlebih dahulu mengantarku ke asrama. Karena laki-laki dilarang masuk ke asrama putri, jadi  kak Lugu hanya mengantarku sampai gerbang asrama saja. Kemudian akupun masuk kedalam asrama sambil mencari letak kamarku. Tak lama kemudian aku menemukan nama ku di daftar nama yang tertempel didepan pintu kamar, akupun masuk dan merapikan isi lemariku. Untung saja semua lemari dan ranjang memiliki papan nama pemiliknya.

Asrama saat ini sepi, mungkin semuanya sudah pergi ke sekolah. Jadi aku berjalan sendiri ke sekolah dan jarak antara asrama putri dengan sekolah sangat dekat. Saat aku sampai di sekolah, aku nggak ingat dimana kelasku berada. Akupun mulai berkeliling untuk mencari kelasku dari sekian banyaknya kelas. Dan akhirnya aku melihat Mina sedang berbicara dengan seorang guru.

            “Assalamualaikum Bu” Salam ku kepada guru tersebut dengan berpura-pura tidak melihat Mina.

            ”Waalaikumsalam nak” jawab nya.

            “Maaf Bu, saya tidak ingat dimana kelas saya Bu.” ucapku

            “Ini kelas kita Rin” kata Mina sambil menunjuk ruang kelas yang ada di belakangnya.

            “Oh iya, kamu benar-benar hilang ingatan nak? Saya ini wali kelas kalian” tanya guru tersebut yang ternyata wali kelasku

            “Iya Bu” jawabku seadanya.

            “Kalian masuklah ke kelas, tidak lama lagi bel akan berbunyi” perintah wali kelas kami dan kemudian aku dan Mina masuk kedalam kelas kami.

            “Rin ini meja kamu, kita duduk bersama loh” Kata Mina dengan tersenyum kepadaku dan menunjuk meja yang ada didekatnya.

            “Hmm” aku hanya berdehem sambil meganggukkan kepala ku saja tanpa membalas senyumannya kemudian duduk dikursiku. Aku bisa melihat sekilas senyumnya hilang.

            “Rin, maafin aku yah, karena aku nggak pernah jenguk kamu pas dirawat. Aku sibuk mengurus berkas-berkas untuk pindah sekolah kesini.” Kata Mina sambil memegang lenganku.

            “iya” ucapku singkat sambil melepaskan lenganku dari tangannya.

            “Andai saja kita pulang bareng hari itu Rin, mungkin kejadian itu tidak terjadi. Kejadian itu membuatmu berubah seperti ini” ucap Mina dengan suara yang sangat kecil. Tapi aku bisa mendengarnya dengan sangat jelas.

            ‘Apa ini semua gara-gara kamu Mina?’ batinku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Metamorposa 6

               “Sayang, bangun nak…” ucap seseorang sambil mengusap rambutku. Pasti itu mamaku.             “Hmm… iya ma” ucapku sambil du...