Minggu, 22 November 2020

Metamorposa 6

             “Sayang, bangun nak…” ucap seseorang sambil mengusap rambutku. Pasti itu mamaku.

            “Hmm… iya ma” ucapku sambil duduk dan masih menutup mataku.

            “Hari ini kan kamu akan masuk sekolah nak, emang nggak kangen sama teman-teman kamu” kata ibuku membuatku membuka mataku semangat.

            “Eh, iya yah maa, aku mandi dulu yah” kataku sambil berlari masuk kedalam kamar mandi.

            “Mama tunggu dibawah yah, di meja makan” teriak mama ku didepan pintu kamar mandi.

            “Iya maa” jawabku dari dalam kamar mandi.

            “Eh, nggak boleh bicara dalam kamar mandi, sayang!” seru mama ku. aku hanya berdehem sebagai jawaban ‘iya’.

Setelah aku siap dengan seragam sekolahku lengkap dengan hijab dan tas, akupun pergi ke meja makan. Terlihat mama ku dan kak Lugu sedang tertawa bersama.

            “Kayaknya ada yang lucu nih” kataku sambil duduk di dekat kak Lugu.

            “Gini adekku sayang, gue cuman heran aja sama lo. Kok gaya bicara lo ke mama kayak bicara sama sahabat lo. Nggak kayak dulu, dulu kalo bicara sama mama lo saring dulu “ Kata kakakku sambil memulai memakan sarapannya.

            “Eh kak, kalo sebelum makan itu baca doa” ucapku sambil menatap tajam kakakku dan kak Lugu malah terkekeh.

            “Sudah-sudah, mama nyaman kok kalo gaya bicara Ririn yang sekarang, malahan mama nggak suka kalau terlalu kaku juga” kata mamaku sambil tersenyum kepadaku dan akupun tersenyum juga. Emang senyum mama ku itu bikin nular hehe.

Setelah kami sarapan, kak Lugu mengantar aku kesekolah kemudian dia pergi ke kampusnya.

Tak lupa, kak Lugu terlebih dahulu mengantarku ke asrama. Karena laki-laki dilarang masuk ke asrama putri, jadi  kak Lugu hanya mengantarku sampai gerbang asrama saja. Kemudian akupun masuk kedalam asrama sambil mencari letak kamarku. Tak lama kemudian aku menemukan nama ku di daftar nama yang tertempel didepan pintu kamar, akupun masuk dan merapikan isi lemariku. Untung saja semua lemari dan ranjang memiliki papan nama pemiliknya.

Asrama saat ini sepi, mungkin semuanya sudah pergi ke sekolah. Jadi aku berjalan sendiri ke sekolah dan jarak antara asrama putri dengan sekolah sangat dekat. Saat aku sampai di sekolah, aku nggak ingat dimana kelasku berada. Akupun mulai berkeliling untuk mencari kelasku dari sekian banyaknya kelas. Dan akhirnya aku melihat Mina sedang berbicara dengan seorang guru.

            “Assalamualaikum Bu” Salam ku kepada guru tersebut dengan berpura-pura tidak melihat Mina.

            ”Waalaikumsalam nak” jawab nya.

            “Maaf Bu, saya tidak ingat dimana kelas saya Bu.” ucapku

            “Ini kelas kita Rin” kata Mina sambil menunjuk ruang kelas yang ada di belakangnya.

            “Oh iya, kamu benar-benar hilang ingatan nak? Saya ini wali kelas kalian” tanya guru tersebut yang ternyata wali kelasku

            “Iya Bu” jawabku seadanya.

            “Kalian masuklah ke kelas, tidak lama lagi bel akan berbunyi” perintah wali kelas kami dan kemudian aku dan Mina masuk kedalam kelas kami.

            “Rin ini meja kamu, kita duduk bersama loh” Kata Mina dengan tersenyum kepadaku dan menunjuk meja yang ada didekatnya.

            “Hmm” aku hanya berdehem sambil meganggukkan kepala ku saja tanpa membalas senyumannya kemudian duduk dikursiku. Aku bisa melihat sekilas senyumnya hilang.

            “Rin, maafin aku yah, karena aku nggak pernah jenguk kamu pas dirawat. Aku sibuk mengurus berkas-berkas untuk pindah sekolah kesini.” Kata Mina sambil memegang lenganku.

            “iya” ucapku singkat sambil melepaskan lenganku dari tangannya.

            “Andai saja kita pulang bareng hari itu Rin, mungkin kejadian itu tidak terjadi. Kejadian itu membuatmu berubah seperti ini” ucap Mina dengan suara yang sangat kecil. Tapi aku bisa mendengarnya dengan sangat jelas.

            ‘Apa ini semua gara-gara kamu Mina?’ batinku.

Selasa, 27 Oktober 2020

Metamorposa 5

             “-- akan naik ojek saja kalau begitu, Assalamualaikum” sambungku dengan cepat sambil berlari kecil kearah pangkalan ojek yang berada di luar pasar.

            “Waalaikumsalam” jawab Mina dengan Fadli.

Aku pun pulang dengan menggunakan ojek perempuan yang ada dipangkalan ojek tadi. Ditengah perjalan pulang, tiba-tiba ada mobil truk dari arah berlawanan dengan kecepatan tinggi menghantam mobil mini yang ada didepan kami. Seketika mobil mini itu mengenai motor yang aku tumpangi juga. Sementara aku yang memegang erat jaket mba ojek itu, langsung terlepas kemudian akupun tidak sadar lagi.

Saat aku sudah sadar, hanya dinding dan langit-langit putih di ruangan ini yang kulihat. aku tidak tau dimana aku, siapa aku dan mengapa aku bisa seperti ini. Tapi sebuah tangan hangat menggenggam tanganku sangat erat sambil terisak. Ternyata seorang wanita yang terlihat tidak muda lagi. Kemudian dia melihat kearahku lalu memanggil dokter. Aku siapa? Pertanyaan itu selalu ku pikirkan. Setelah dokter datang kearahku, dia mengatakan bahwa aku sudah baik-baik saja. Baik-baik saja bagaimana? kepalaku sakit. Bahkan saat aku meraba kepalaku sendiri, ada perban yang melilit kepalaku.

“Nak, ini mama” kata wanita disamping ku sambil mengusap kepalaku dengan lembut.

            “Mama? tapi aku tidak ingat... bahkan aku tidak tau siapa aku.” ucapku sambil melihat ke langit-langit ruangan ini.

            “Sebenarnya nak, kemarin kamu  kecelakaan hikss… lalu kata dokter kamu amnesia nak, hikss…” kata mamaku sambil terisak.

            “Berarti aku lupa ingatan dong ma” kataku tak percaya.

            “Iya nak, hikss…” kata mamaku

            “Berarti dari kemarin aku tidak sadar, tidak makan, tidak minum, tidak ber---akkhh” kataku terpotong karena ada laki-laki yang memukul mulutku tiba-tiba. Siapa lagi dia? sejak kapan dia ada disini?. aku hanya melihatnya dari ujung kaki sampai ujung kepalanya.

            “Iss… kok ada orang pinggir jalan di sini ma? sejak kapan?” tanya ku sambil menatap sinis laki-laki itu.

            “Ha? Orang pinggir jalan? nih, kenalin gue Lugu, kakak lu satu-satunya yang ganteng” kata laki-laki itu sambil menekankan kata ‘kakak’. Ternyata dia kakak ku, maklum lah kan aku amnesia.

            “Maaf kan adikmu ini kakanda” kataku sambil meyatukan kedua tangan ku tanda minta maaf.  Mama tertawa melihat kelakuan aku dengan kak Lugu.

            “Ayah mana ma?” tanya ku lagi kepada mamaku membuat tawa mama  berhenti.

            “Ayah kamu sudah meninggal nak, sejak kamu masih dalam kandungan mama. Tapi kamu sudah tau kok sebelum kejadian ini” jawab mama ku menatapku dengan dalam. Membuatku menggenggam kedua tangan mamaku.

            “Mmm… Aku mau pulang kerumah ma, boleh yah, ya-yaaaaaa” kataku untuk memecahkan keheningan.

            “Nggak! kamu tetap disini selama satu tahun. Hahahaaaa” Kata kakak ku sambil terbahak-bahak membuatku menatapnya sinis lagi.

            Tidak kok sayang… dokter bilang, minggu depan kamu baru boleh pulang. Soalnya masih ada beberapa perawatan untukmu” kata mama sambil mengusap kepalaku dengan sayang.

            “Lama banget mama… aku bisa lumutan tinggal di sini mama” kataku sambil memajukan bibirku.

            “Itu bibir minta di tampol” kata kakak ku sambil menaikkan tangannya ingin menampol bibir ku. Kemudian kami bertiga tertawa bersama-sama.

 ...

Satu minggu kemudian

            “Assalamualaikum” ucap aku, kak Lugu, dan mamaku bersamaan sambil memasuki rumah kami.

            “Jadi, kamar aku yang mana ma?” tanya ku sambil melihat seluruh isi rumah.

            “Diatas, ada nama lo di depan pintu kamar lo.” jawab kakak ku dengan berjalan mendahului ku.

            “Idiih, kan aku tanya mama, bukan sama kakak”kataku lagi dengan berjalan cepat mendahuluinya.

Akhirnya aku sampai juga, kemudian dengan perlahan aku membuka pintu kamarku. Dinding, meja hias, meja belajar dan kasur semuanya warna purple. Mungkin aku yang dulu sangat menyukai warna purple.

            “Rebahan dulu dehh” ucapku sambil membuang asal tas selempangku, kemudian membuang tubuhku diatas kasur yang empuk lalu menutup mataku.

Selama seminggu dirumah sakit, hanya mama dengan kak Lugu yang menemaniku. Tapi tidak dengan sahabatku Mina, kata mama ku dia sibuk sehingga tidak sempat menjengukku. Dari semua hal yang sekarang aku ingat, pasti masih banyak hal yang belum aku ketahui.

Selasa, 13 Oktober 2020

Cow Dung


           Bel pulang telah berbunyi, aku dan teman – temanku tidak menyadarinya karena sangat serius menghayati dan berimajinasi dengan cerita guru kami. Kami menyadarinya bel pulang saat guru kami yang memberi tahu, namun sayangnya cerita yang diceritakan guru kami belum juga selesai. Kami pun meminta kepada guru kami untuk menceritakan kami cerita itu sampai selesai. Tetapi guruku harus pulang karena dia  sedang sibuk. Akhirnya, kami semua bersiap untuk pulang. Sehingga membuat kami semua tergantung dengan bagian cerita selanjutnya.

            Saat perjalanan pulang dari sekolah, kami pun belum selesai - selesainya bercerita dan menebak – nebak apa lanjutan cerita dari guru kami. Tiba – tiba “prakkk....”  Aira salah satu teman kami menginjak tahi sapi basah yang ada di depan gerbang sekolah karena sangat bersemangat menebak lanjutan cerita dari guru kami. Sepatunya pun penuh dengan tahi sapi basah itu. Awalnya kami hanya menertawainya karena tidak bisa menahan tawa kami, lalu kemudian kami menolongnya.

            Mengapa dia bisa menginjak tahi sapi itu ?, karena dia berjalan di depan kami. Sambil  menghadap ke arah kami dan menebak – nebak lanjutan cerita dari guru kami. Sebenarnya kami sudah mengingatkan Aira, tetapi dia sangat lambat menyadarinya sehingga menginjak tahi sapi itu. Akhirnya, dia pulang dengan salah satu sepatunya yang penuh dengan tahi sapi. Kami pun hanya memberi tahunya, kalau jalan itu menghadap ke depan bukan ke belakang. 


 

Minggu, 11 Oktober 2020

The Twilight Girl

Oleh: Annisa Dwi Pratiwi


         Cahaya matahari mulai meredup, sang awan pun dengan seksama menjadi penguasa langit, menyisingkan senja yang berwarna jingga. Di sebuah sekolah hanya kesunyian yang menyelimuti, tak ada satpam yang selalu berada di pos nya, juga tak ada murid yang meramaikan sekolah oleh tingkahnya.

          Akan tetapi, ada seorang gadis cantik bernama Naya. Seorang siswi kelas XII di sekolah itu sedang berlari dengan tergesa-gesa. Gesekan sepatu ketsnya membuat suara di sekitar lorong yang ia lewati menggema. Rambut panjangnya ikut melambai seiring langkah kakinya yang lebar, wajahnya tambak basah oleh keringat menandakan ia berlari tanpa henti.

Naya telah sampai di tempat tujuannya, yaitu ruang kelasnya. Dengan napas terengah-rengah, kedua tangannya bertumpu pada lutut untuk menetralkan nafasnya. Di atas pintu terlihat kayu kecil yang menggantung bertuliskan XII-1. Ia menegakkan badannya, lalu berjalan menuju bangku yang berada di pojok kanan dekat pintu masuk. Gadis itu berjongkok untuk melihat isi laci mejanya, senyumnya langsung mengembang saat benda yang ia cari ternyata masih tergeletak rapi.

Tangannya terjulur mengambil benda tersebut yang ternyata adalah buku catatan.

“Untung masih ada” Keluhnya lega, jika sampai buku catatan ini hilang, bisa bisa nyawanya besok dicabut oleh pak Hasdar, guru matematika paling killer yang terkenal dengan kedisiplinannya. Jika tidak membawa buku catatan yang telah dianggap kitab suci bagi para siswa yang diajar oleh pak Hasdar. Siap siap saja hukuman atau nilai taruhannya. Naya berjalan sambil memeluk bukunya, matanya meneliti setiap sudut sekolah.

“Ternyata kalo sepi gini, sekolah serem juga” Batinnya, ia jadi teringat cerita teman-temannya tadi siang. Sore menjelang maghrib akan ada suara wanita minta tolong, sosoknya menggunakan baju putih yang penuh dengan darah, rambut panjang menutup wajahnya yang juga penuh akan darah, ditambah lagi ia berjalan dengan menyeret kedua kakinya yang berdarah, menciptakan garis memanjang di sepanjang koridor.

Tiba-tiba angin berhembus dari arah belakang, membuat tubuh Naya sekitika merinding, ia memeluk dirinya sendiri mencoba meyakinkan diri bahwa yang tadi hanya sebuah hembusan angin semata.

“Ya, itu hanya angin” Batinnya meyakinkan.
Ia mempercepat langkahnya, berbelok melewati lorong tanpa menengok ke belakang, takut jika hantu itu muncul tepat saat ia menengok ke belakang.
Akhirnya Naya sampai di lapangan belakang sekolah, ia memilih jalan ini karena lebih cepat sampai di rumah dari pada melewati halaman depan.

Baru saja Naya akan melewati pohon besar itu, matanya langsung terbalak melihat seorang gadis bertikarkan rumput sedang duduk di bawah pohon. Perawakan gadis itu mungil, mengenakan gaun putih tanpa lengan dengan rambut panjangnya yang diurai membingkai wajah bulatnya.

Gadis itu mendongak melihat ke arah Naya yang sedang memeluk buku. Gadis bergaun putih itu tersenyum, sambil melambaikan tangan ke arah Naya. Awalnya Naya takut, pikirannya mengatakan bisa jadi gadis itu hantu.

Tapi setelah ia teliti lebih jauh, tidak ada tanda tanda ia hantu, sepasang kakinya ada, tak ada noda merah di gaunnya ataupun rembesan darah dari kakinya, bahkan jika Naya boleh jujur gadis itu cantik dan manis.

Perlahan ia mendekat ke arah gadis itu dan duduk di sampingnya. Naya masih bersikap  sedikit waspada, ia duduk agak jauh untuk menjaga jarak. Sedangkan gadis itu tampak tidak keberatan. Justru ia agak mendekat dan mengulurkan tangan untuk berkenalan.

“Aku Reina, namamu siapa?” Tanya gadis itu.
“A.. aku Naya” Jawabnya agak gugup.


Sabtu, 10 Oktober 2020

Hey,you rawr! pt.3

 Hari yang sangat melelahkan,ini sudah hari kesekian tidak denganmu.Aku melempar tas samping ku dan mengantung masker di pojokan kasur,hari ini aku merasa sangat lelah setelah beberapa acara yang mengharuskanku untuk keluar rumah,tidak begitu banyak tapi cukup melelahkan


"Well you only need the light when it's burning low

Only miss the sun when it starts to snow

Only know you love her when you let her go

Only know you've been high when you're feeling low

Only hate the road when you're missing home 

Only know you love her when you let her go

And you let her go"

Aku seketika terdiam mendengar lagu pertama yang terputar di playlistku,setelah kita tidak bersama lagi,aku memutuskan untuk tidak mendengar lagu itu,aku kira aku telah menghapusnya dari playlist,namun kenapa justru lagu ini yang pertama kali terdengar.


Aku seketika teringat,saat kamu bilang lagu ini punya makna yang sangat baik,katamu itu yang selalu kamu dengar ketika kita sedang tidak baik baik saja. 

" setiap kita sedang tidak baik, aku selalu diam dan mendengarkan lagu ini,karena artinya membuatku berpikir bahwa aku akan betul betul merasa kehilangan dan mencintaimu ketika aku membiarkanmu pergi,oleh karenanya sebesar apapun masalahnya tidak akan ada pisah antara kita"

Aku senyum waktu itu,merasa sangat bahagia ketika tahu bahwa ada seseorang yang tidak ingin pergi dan memilih untuk menetap,yaitu kamu.

Walau akhirnya kita sudah tidak bersama lagi,aku akan selalu ingat bagaiamana cara kita bertemu untuk pertama kali.


Sekarang lebih berat dari sebelumnya,aku dan kamu yang sebelumnya jadi kita,yang dulu saling berjanji untuk menetap,namun sekarang tak bertatap benar benar kehilangan kabar,aku tau pasti,tengah malam begini pasti kamu sudah menyuruh dia untuk tidur,karena biasanya kamu tidak pernah membiarkan ku untuk tidur larut malam.


Semakin gelap malam yang datang,semakin rindu ini mengekangku,kamu apa kabar?

malam itu terasa sakit lagi,ini sudah yang kesekian kalinya,ada sedikit rindu yang harus tersampaikan namun mustahil.


Kadang aku bertanya tanya,kenapa sesuatu yang begitu singkat justru yang paling terasa?Mataku sembab lagi dan lagi,aku tau ini sulit dan mungkin juga sulit bagimu meski tak nampak,air mataku menetes di sudut mataku yang sedari tadi menahan namun sudah tak terbendung.Kembali lagi air mata yang menjadi pengantar tidur malam itu.


Minggu, 04 Oktober 2020

Akhir sebuah kisah (3)

   Perkenalkan namaku Kinara Apriliana, orang-orang biasa memanggilku kinara, aku seorang wanita yang hidup sendiri tanpa siapa-siapa. Izinkan aku menceritakan bagaimana semua ini terjadi.

  16 november, saat itulah aku berada di dunia dan merasakan oksigen yang biasa di hirup manusia. Aku telah lahir dan akan mengalami apa yang biasa semua orang alami. 

  Tapi.....Sepertinya aku adalah pengecualiannya.

  Pagi yang cerah,aku berjalan dengan buku-buku pelajaran sekolah.

 Brukk...

  Buku ku berserakan karena seseorang menabrak ku.aku pun merunduk dan ikut membereskannya. Kami belum saling melihat, yang ku dengar hanya kata-kata maaf yang berulang kali ia katakan.  

 "Maaf"katanya membuat ku tersadar. Aku bangkit dan meninggalkannya.

  Biasanya sehabis pulang sekolah aku  pergi ke  sebuah  kafe  di pinggir jalan. Yaahh.. hanya dengan ini  ku bisa membalas budi kepada orang yang telah merawatku setelah kedua orang tuaku meninggal.

  Saat aku memasuki pintu cafe, kak lana sudah menyambutku dengan celemek seragam karyawan di tangannya. Aku mengambil dan segera memakainya.

  "Bagaiamana tadi sekolahmu, menyenangkan ?" Tanyanya saat aku baru saja keluar dari ruangan ganti.Aku melewatinya dan membersihkan meja biasa aku  meracik coffie.

  "biasa aja,sama seperti biasanya" kataku. Dia mendekati ku, dan memandang ku dengan tatapan yang.... tidak aku mengerti.

"apa malam ini kau ada acara ?"

 "tidak ada  kak "jawabku sambil terus melanjutkan pekerjaan ku 

 "Emm.. apakah kamu ada waktu nanti malam" aku langsung berhenti melakukan pekerjaanku dan menatap kak lana dengan ekspresi yang tidak bisa aku tebak.

 "enggak ada si kak... Emangnya ada apa?

   "begini nar, ada sesuatu yang ingin kakak beritahukan ke kamu di suatu tempat"sambil menatap ku dengan serius.

"emang penting banget yaa kak sampai-sampai harus keluar apalagi sekarang banyak sekali pelanggan yang datang ke cafe".

"Masalahnya nar,hal ini sangat penting" 

"baiklah kak tapi setela cafe ini tutup yaa..."kataku sambil tersenyum menatap kak lana.



Bersambung....


Jumat, 25 September 2020

Live a life

 

Oleh : Ismi Nadya RJ

       Diusia muda ini ia harus hidup dengan penuh kekosongan tak ada satupun yang menyenangkan seruan mereka terlihat menyampaikan dunia ini tak adil baginya. Kalimat yang penuh arti terkadang tak selalu membuktikan, apakah hanya ia seorang yang merasakannya? Sesekali ia pandangi langit yang terlihat hanyalah abu-abu dan beberapa cahaya kilat, awannya yang merintikkan buih-buih airnya yang jatuh lembut di mata dan tak lama dari itu buih-buih airnya semakin deras dan jatuh serasa menusuk.

Kebanyakan orang menghindari turunnya hujan karena beberapa orang tak suka arti basah beda halnya bagi penderita depresi, stress dan pluviophile sebagian dari mereka menganggap hujan adalah obat serta anugerah baginya karena disitulah kenikmatan yang sesungguhnya yang ada pada mereka, karena matahari baginya selalu menghadirkan kenangan buruk sebab cahaya yang mereka lihat telah mengkhianatinya.

Hidup ini bagaikan sebuah piano, kebahagiaan sebagai tuts yang berwarna putih dan kepedihan sebagai tuts yang berwarna hitam. Apabila kedua tuts digabungkan menjadi satu dan beriringan maka dari nada-nada tersebutlah akan tercipta susunan-susunan lagu yang indah dan harmoni. Begitulah kepedihan tak akan jauh dari kebahagiaan seperti tuts putih yang mencari tuts hitam yang tak jauh dari tempatnya.


Kamis, 24 September 2020

Dia


    Sakit hati dan putus cinta adalah hal yang wajar dan pasti dialami oleh setiap orang di dunia ini, terutama aku. Rasanya capek jika harus mengenal orang baru apabila hubungan yang kita jalani ini harus berakhir. Hingga pada suatu saat aku memutuskan untuk membuka kembali hatiku yang telah beberapa saat ku tutup untuk orang lain karena mengharapkan mereka yang telah pergi untuk kembali. Awal pertemuan ku dengan Dia memang tak bisa di duga bagaimana kedepannya. Ya, Dia adalah pria yang membuat hatiku terbuka kembali untuk kesekian kalinya. 

    Aku yang menganggap bahwa pacaran dengan anak pelayaran adalah suatu hal yang mustahil untuk kulalukan, itu karena aku paling tidak suka dengan yang namanya pelaut, taruna ataupun yang namanya pelayaran dan selain itu juga karena aku tidak memiliki kenalan seperti teman yang berprofesi sebagai pelaut. Namun aku sangat suka dengan laut, rasanya setiap aku ke laut semua masalah atau beban yang ku alami atau kuhadapi hilang begitu saja dibawa oleh hembusan angin. Rasanya tenang dan damai mendengar suara ombak dan angin yang berhembusan di laut itu. Aku yang awalnya sangat tidak suka dengan yang namanya pelaut menjadi sebaliknya dan itu semua terjadi karena Dia

    "Eh inikan teman TK ku" kata ku dalam hati, sambil melihat permintaan pertemanan seorang cewek di FB ku. Setelah beberapa menit aku mengecek FB nya dan ternyata benar dia adalah teman TK ku, lebih tepatnya sahabat ku. Setelah ku konfir permintaan pertemannya aku memberanikan diri untuk mengechat nya. Yang tadi aku pikir dia sudah melupakanku dan sudah berubah tapi ternyata tidak dia masih seperti Alin yang dulu. Ya, namanya Alin dia adalah salah satu sahabatku sewaktu TK dulu di Sorong, sebelum aku pindah ke Makassar.

    Waktu berjalan begitu cepat, kami semakin akrab dan dari Alin aku juga kembali menemukan sahabat ku yang satunya lagi namanya Dea. Tetapi untuk beberapa saat aku lost contact lagi dengan Alin dan hanya sekedar berbagi kabar dengan Dea. Sampai pada suatu waktu di tengah-tengah perbincangan kami yang sangat seru itu dea menceritakan kepadaku seorang cowok yang katanya dia juga adalah teman ku, tetapi entah mengapa aku tidak mengingatnya.

    "Eh Ayu kau masih kenal Ardan kah tidak?" Tanya Dea kepadaku. 
    "Ardan itu siapa?" Balasku.
    "Ardan teman TK kita juga, jangan bilang ko sudah lupa dengan dia. Eh dia sekarang sudah jadi taruna tuh" kata Dea kepadaku yang seolah membanggakan Ardan.
    "Aih sa tidak ingat Ardan itu siapa. Terus kenapa kalau dia jadi taruna" jawabku dengan cuek. 
Setelah itu dea lalu mengirimkan ku kontak whatsapp Ardan dan menyuruh ku untuk mengechat nya.
    "Nda ah, takut sy. Siapa tau dia sudah tidak kenal dengan saya" kataku kepada dea dengan ragu. 
    "Tidak, bilang saja ini Ayu rada" jawab dea. 
Keesokannya akupun memberanikan diri untuk mengechatnya. 
    "Svback" chat ku dengan penuh keraguan.
    "Sorry, ini siapa eee??😅" balasnya. 
    "Ayu rada" jawabku kembali. 
    "Oh tmn sd ka?"

    Setelah chatku itu di balas rasanya sangat senang bisa saling berkomunikasi dengan teman-teman lamaku. Hari semakin berlalu dan kamipun sering chat-an dan itu hampir setiap hari bahkan setiap jam, aku seperti merasa pembahasan kita memang tiada habisnya. Aku semakin akrab dengannya hingga bahkan kita pun saling berbagi cerita tentang kesibukan masing-masing, saling cerita beberapa pengalaman, bahkan disaat dia sedang sibuk karena waktu itu dia sedang dikapal, dia bahkan menyempatkan dirinya untuk mengabari atau membalas chatku. Selain itu disaat dia sedang bermain game, dia juga menyempatkan dirinya untuk chat denganku bahkan dia tak segan menelfonku hanya untuk menyuruhku menemaninya bermain game. Tetapi, semakin aku serinh chat dengan Dia disaat itu pula perasaan ku mulai aneh, aku berusaha meyakinkan diriku dengan berkata dalam hatiku "Mungkin cuman perasaanku saja, aku sudah capek untuk menyukai orang lain karena ujungnya juga akan sama nantinya yaitu berakhir putus". Kataku dalam hati.

   Saat itu entah mengapa perasaanku ini menjadi aneh setelah chat dengan Dia, padahal kami baru beberapa hari akrab tapi rasanya kedekatan kami sudah melampaui kata teman. Dia sering menceritakan kesehariannya di kapal saat itu berhubung memang saat itu Dia sedang berlayar. Dia juga sering menceritakan kepadaku tentang keluarganya, dan disaat itu pula aku merasa bahwa sepertinya dia telah menganggapku spesial tetapi aku tidak ingin terlalu berharap lebih kepadanya. Hari demi hari kita lewati, hingga tiba saatnya memasuki bulan Ramadhan di bulan Ramadhan ini memang kusadari hubunganku dengan Dia semakin dekat, Dia sering menelfonku ketika waktu sahur, begitupun denganku jika aku yang bangun duluan aku yang membangunkan Dia sahur dengan cara menelfonnya. 

    Seiring berjalannya waktu hubungan kami menjadi sangat dekat, ditambah lagi dia sering menelfonku, entah itu ia sudah selesai bekerja tepatnya ketika malam hari atau pada saat Dia lagi jaga malam atau bahkan sesibuk apapun Dia, ia pasti menyempatkan dirinya untuk mengabariku. Bahkan panggilan Dia ke aku sudah bukan namaku tetapi yah sebutan layaknya orang pacaran. Tiada hari yang kami lalui tanpa bertelfonan kecuali pada saat Dia pergi lagi berlayar, tetapi jika kapalnya sudah hampir sampai di tempat tujuannya ia masih menyempatkan dirinya untuk mengabariku baik itu hanya dengan chat atau bahkan Dia berusaha untuk mendapatkan sinyal dengan keluar ke atas kapal hanya untuk mengabariku. Dari situlah aku mulai marasakan bahwa diriku di prioritaskan olehnya. Hingga pada suatu saat ia memperkenalkan ku kepada teman-teman dekatnya sebagai pacar, padahal aku sendiri bingung kapan kita jadiannya dan kapan dia menyatakan perasaannya itu kepadaku, aku bahkan bingung pada saat itu menanggapinya dengan perasaan senang atau sedih.

    Ya begitulah hidup tidak ada yang tau apa yang akan terjadi kedepannya. Aku yang pada awalnya tidak ingin menerima pria manapun, tetapi takdir ku pada saat itu berkata lain. Aku harus menerima orang baru lagi didalam hatiku. Seperti layaknya orang pacaran pada umumnya tetapi yang membedakannya kita LDR dan kita hanya bisa berkomunikasi lewat hp, dan untuk bisa bertemu dengan dia aku harus menunggu 1 tahun hingga Dia lulus dan pindah ke makassar. Otomatis perasaanku juga semangat untuk menanti 1 tahun itu, aku berusaha sabar meskipun setiap kali melihat orang pacaran bisa bertemu dengan pasangannya setiap rindu, tapi apalah daya kita yang hanya bisa telfonan jika rindu. Ya, memang pacaran dengan anak pelayaran itu tidak mudah, terlalu banyak rintangan yang berat harus dilalui, mulai dari ditinggal untuk beberapa hari atau minggu bahkan sampai berbulan-bulan. Tapi aku percaya dan aku berusaha untuk meyakinkan diriku bahwa penantian 1 tahun ku tidak akan terbuang sia-sia. 

Untukmu Ibu Part 2

 Oleh : Astri Dita Kashari

Ibu,  tengoklah kebawah. Lihat putrimu yang lemah ,putrimu yang rindu kasih sayang ,putrimu yang menginginkan mu kembali. Selama Ibu meninggalkanku semua urusan hidupku saya sendiri yang mengerjakannnya. Hal inilah yang membuat diriku menjadi anak yang mandiri.

Ibu, ku ketik tulisan-tulisan ini hanya untuk meluapkan betapa aku merindukanmu . Ibu, Aku kadang iri melihat mereka yang masih bisa tersenyum bahagia bersama Ibunya. Yang masih bisa mencium Ibunya ,memeluk Ibunya, makan bareng Ibunya ,dijenguk ibunya di asrama, jalan bareng Ibunya, bercerita tentang semuanya kepada Ibunya. Tapi aku?? Aku hanya bisa nangis melihat mereka bahagia,aku terbawa masa lalu saat indah bersama Ibu.

Ibu! terkadang aku meminta sama Allah untuk mempertemukan kita secepatnya, tapi aku mengerti ini telah menjadi ketentuan bahwa setiap yang bernyawa akan meninggal Pada akhirnya inilah waktunya engkau meninggalkanku. Ibu!..Insya allah suatu saat nanti kita akan berkumpul di alam keabadian itu Bu, Ya ALLAH  Sertakan selalu Ibuku di setiap perjalananku..Hadirkan dia dalam setiap langkahku untuk mewujudkan cita-cita yang telah aku janjikan untuknya..Hadirkan dia dalam setiap mimpi dalam tidur aku..Tempatkan dia di surga terbaikmu bersama orang-orang beriman..Sayangi dia sebagaimana aku dan keluarga ku menyayanginya..Peluk dia erat seerat-eratnya ya allah jangan biarkan dia bersedih & jaga dia untuk aku ya allah"

I REALLY MISS YOU Ibu, Terimakasih atas segala jasa-jasamu yang telah merawat Menjaga, menyayangi bahkan membesarkan aku Ibu, maaf karena aku belum sempat membalas segala jasa-jasa mu. meskipun aku tau Ibu tak pernah mengharapkan imbalan apapun, beristirahat yang tenang di alam keabadianmu. Tetaplah hadir dalam setiap mimpiku.

Bersambung...

Kehilangan


 By Nhayla Ali 


      Sakit memang ketika kita kehilangan orang yang sangat berharga dalam hidup ini. Ini bukan tentang dia pergi tapi ini tentang dia telah hilang(sesuatu yang tak akan perna kembali lagi).perkenalkan namaku jelita, cerita tentang kehidupanku......

        Aku anak pertama,dulu aku sangat dimanja oleh ibuku,yah oleh ibuku bukan ayahku.dulu aku selalu bertanya-tanya pada diriku sendiri mengapa didikan ayah dan ibuku berbeda beda.jujur ibuku sangat mengerti tentang bagaimana anak perempuannya tumbuh dan berkembang sedangkan ayahku dia selalu saja menganggap aku masihlah anak kecil yang tidak tau apa apa akibatnya berbagai macam larangan yang dibuat ayahku yang ditujukan padaku dan itu sangat membuatku kesal.tapi selain itu aku juga mempunyai banyak kenangan manis bersama ayahku,jujur dia selalu menganggap aku anak kecil yang tak tau apa apa jadi setiap dia pulang kerja aku selalu mendapatkan pelukan hangat darinya dan aku selalu menceritakan semua kejadian hari itu padannya,dan itu membuat itu membuatku sangat senang cerita pada ayahku tapi yah balik lagi dia selalu menganggap aku anak kecil.

      Dannnn ada suatu kondisi dimana semua itu telah hilang. Semua kebiasaan yang aku lakukan bersama ibu dan ayahku pun telah berbeda dan aku tumbuh menjadi anak mandiri. Ditunggu part 2 yah.......

Metamorposa 6

               “Sayang, bangun nak…” ucap seseorang sambil mengusap rambutku. Pasti itu mamaku.             “Hmm… iya ma” ucapku sambil du...