“-- akan naik ojek saja kalau begitu, Assalamualaikum” sambungku dengan cepat sambil berlari kecil kearah pangkalan ojek yang berada di luar pasar.
“Waalaikumsalam”
jawab Mina dengan Fadli.
Aku pun pulang dengan menggunakan
ojek perempuan yang ada dipangkalan ojek tadi. Ditengah perjalan pulang,
tiba-tiba ada mobil truk dari arah berlawanan dengan kecepatan tinggi
menghantam mobil mini yang ada didepan kami. Seketika mobil mini itu mengenai
motor yang aku tumpangi juga. Sementara aku yang memegang erat jaket mba ojek
itu, langsung terlepas kemudian akupun tidak sadar lagi.
Saat aku sudah sadar, hanya dinding
dan langit-langit putih di ruangan ini yang kulihat. aku tidak tau dimana aku,
siapa aku dan mengapa aku bisa seperti ini. Tapi sebuah tangan hangat
menggenggam tanganku sangat erat sambil terisak. Ternyata seorang wanita yang
terlihat tidak muda lagi. Kemudian dia melihat kearahku lalu memanggil dokter.
Aku siapa? Pertanyaan itu selalu ku pikirkan. Setelah dokter datang kearahku,
dia mengatakan bahwa aku sudah baik-baik saja. Baik-baik saja bagaimana?
kepalaku sakit. Bahkan saat aku meraba kepalaku sendiri, ada perban yang
melilit kepalaku.
“Nak, ini mama”
kata wanita disamping ku sambil mengusap kepalaku dengan lembut.
“Mama?
tapi aku tidak ingat... bahkan aku tidak tau siapa aku.” ucapku sambil melihat
ke langit-langit ruangan ini.
“Sebenarnya
nak, kemarin kamu kecelakaan hikss… lalu
kata dokter kamu amnesia nak, hikss…” kata mamaku sambil terisak.
“Berarti
aku lupa ingatan dong ma” kataku tak percaya.
“Iya
nak, hikss…” kata mamaku
“Berarti
dari kemarin aku tidak sadar, tidak makan, tidak minum, tidak ber---akkhh”
kataku terpotong karena ada laki-laki yang memukul mulutku tiba-tiba. Siapa
lagi dia? sejak kapan dia ada disini?. aku hanya melihatnya dari ujung kaki
sampai ujung kepalanya.
“Iss…
kok ada orang pinggir jalan di sini ma? sejak kapan?” tanya ku sambil menatap
sinis laki-laki itu.
“Ha?
Orang pinggir jalan? nih, kenalin gue Lugu, kakak lu satu-satunya yang ganteng”
kata laki-laki itu sambil menekankan kata ‘kakak’. Ternyata dia kakak ku,
maklum lah kan aku amnesia.
“Maaf
kan adikmu ini kakanda” kataku sambil meyatukan kedua tangan ku tanda minta
maaf. Mama tertawa melihat kelakuan aku
dengan kak Lugu.
“Ayah
mana ma?” tanya ku lagi kepada mamaku membuat tawa mama berhenti.
“Ayah
kamu sudah meninggal nak, sejak kamu masih dalam kandungan mama. Tapi kamu
sudah tau kok sebelum kejadian ini” jawab mama ku menatapku dengan dalam.
Membuatku menggenggam kedua tangan mamaku.
“Mmm…
Aku mau pulang kerumah ma, boleh yah, ya-yaaaaaa” kataku untuk memecahkan
keheningan.
“Nggak!
kamu tetap disini selama satu tahun. Hahahaaaa” Kata kakak ku sambil
terbahak-bahak membuatku menatapnya sinis lagi.
“Tidak kok sayang… dokter bilang, minggu depan
kamu baru boleh pulang. Soalnya masih ada beberapa perawatan untukmu” kata mama
sambil mengusap kepalaku dengan sayang.
“Lama
banget mama… aku bisa lumutan tinggal di sini mama” kataku sambil memajukan
bibirku.
“Itu
bibir minta di tampol” kata kakak ku sambil menaikkan tangannya ingin menampol
bibir ku. Kemudian kami bertiga tertawa bersama-sama.
Satu minggu kemudian
“Assalamualaikum”
ucap aku, kak Lugu, dan mamaku bersamaan sambil memasuki rumah kami.
“Jadi,
kamar aku yang mana ma?” tanya ku sambil melihat seluruh isi rumah.
“Diatas,
ada nama lo di depan pintu kamar lo.” jawab kakak ku dengan berjalan mendahului
ku.
“Idiih,
kan aku tanya mama, bukan sama kakak”kataku lagi dengan berjalan cepat mendahuluinya.
Akhirnya aku sampai juga, kemudian dengan perlahan
aku membuka pintu kamarku. Dinding, meja hias, meja belajar dan kasur semuanya
warna purple. Mungkin aku yang dulu sangat menyukai warna purple.
“Rebahan dulu dehh”
ucapku sambil membuang asal tas selempangku, kemudian membuang tubuhku diatas
kasur yang empuk lalu menutup mataku.
Selama seminggu dirumah sakit, hanya mama dengan kak Lugu yang
menemaniku. Tapi tidak dengan sahabatku Mina, kata mama ku dia sibuk sehingga
tidak sempat menjengukku. Dari semua hal yang sekarang aku ingat, pasti masih
banyak hal yang belum aku ketahui.