Sakit hati dan putus cinta adalah hal yang wajar dan pasti dialami oleh setiap orang di dunia ini, terutama aku. Rasanya capek jika harus mengenal orang baru apabila hubungan yang kita jalani ini harus berakhir. Hingga pada suatu saat aku memutuskan untuk membuka kembali hatiku yang telah beberapa saat ku tutup untuk orang lain karena mengharapkan mereka yang telah pergi untuk kembali. Awal pertemuan ku dengan Dia memang tak bisa di duga bagaimana kedepannya. Ya, Dia adalah pria yang membuat hatiku terbuka kembali untuk kesekian kalinya.
Aku yang menganggap bahwa pacaran dengan anak pelayaran adalah suatu hal yang mustahil untuk kulalukan, itu karena aku paling tidak suka dengan yang namanya pelaut, taruna ataupun yang namanya pelayaran dan selain itu juga karena aku tidak memiliki kenalan seperti teman yang berprofesi sebagai pelaut. Namun aku sangat suka dengan laut, rasanya setiap aku ke laut semua masalah atau beban yang ku alami atau kuhadapi hilang begitu saja dibawa oleh hembusan angin. Rasanya tenang dan damai mendengar suara ombak dan angin yang berhembusan di laut itu. Aku yang awalnya sangat tidak suka dengan yang namanya pelaut menjadi sebaliknya dan itu semua terjadi karena Dia.
"Eh inikan teman TK ku" kata ku dalam hati, sambil melihat permintaan pertemanan seorang cewek di FB ku. Setelah beberapa menit aku mengecek FB nya dan ternyata benar dia adalah teman TK ku, lebih tepatnya sahabat ku. Setelah ku konfir permintaan pertemannya aku memberanikan diri untuk mengechat nya. Yang tadi aku pikir dia sudah melupakanku dan sudah berubah tapi ternyata tidak dia masih seperti Alin yang dulu. Ya, namanya Alin dia adalah salah satu sahabatku sewaktu TK dulu di Sorong, sebelum aku pindah ke Makassar.
Waktu berjalan begitu cepat, kami semakin akrab dan dari Alin aku juga kembali menemukan sahabat ku yang satunya lagi namanya Dea. Tetapi untuk beberapa saat aku lost contact lagi dengan Alin dan hanya sekedar berbagi kabar dengan Dea. Sampai pada suatu waktu di tengah-tengah perbincangan kami yang sangat seru itu dea menceritakan kepadaku seorang cowok yang katanya dia juga adalah teman ku, tetapi entah mengapa aku tidak mengingatnya.
"Eh Ayu kau masih kenal Ardan kah tidak?" Tanya Dea kepadaku.
"Ardan itu siapa?" Balasku.
"Ardan teman TK kita juga, jangan bilang ko sudah lupa dengan dia. Eh dia sekarang sudah jadi taruna tuh" kata Dea kepadaku yang seolah membanggakan Ardan.
"Aih sa tidak ingat Ardan itu siapa. Terus kenapa kalau dia jadi taruna" jawabku dengan cuek.
Setelah itu dea lalu mengirimkan ku kontak whatsapp Ardan dan menyuruh ku untuk mengechat nya.
"Nda ah, takut sy. Siapa tau dia sudah tidak kenal dengan saya" kataku kepada dea dengan ragu.
"Tidak, bilang saja ini Ayu rada" jawab dea.
Keesokannya akupun memberanikan diri untuk mengechatnya.
"Svback" chat ku dengan penuh keraguan.
"Sorry, ini siapa eee??😅" balasnya.
"Ayu rada" jawabku kembali.
"Oh tmn sd ka?"
Setelah chatku itu di balas rasanya sangat senang bisa saling berkomunikasi dengan teman-teman lamaku. Hari semakin berlalu dan kamipun sering chat-an dan itu hampir setiap hari bahkan setiap jam, aku seperti merasa pembahasan kita memang tiada habisnya. Aku semakin akrab dengannya hingga bahkan kita pun saling berbagi cerita tentang kesibukan masing-masing, saling cerita beberapa pengalaman, bahkan disaat dia sedang sibuk karena waktu itu dia sedang dikapal, dia bahkan menyempatkan dirinya untuk mengabari atau membalas chatku. Selain itu disaat dia sedang bermain game, dia juga menyempatkan dirinya untuk chat denganku bahkan dia tak segan menelfonku hanya untuk menyuruhku menemaninya bermain game. Tetapi, semakin aku serinh chat dengan Dia disaat itu pula perasaan ku mulai aneh, aku berusaha meyakinkan diriku dengan berkata dalam hatiku "Mungkin cuman perasaanku saja, aku sudah capek untuk menyukai orang lain karena ujungnya juga akan sama nantinya yaitu berakhir putus". Kataku dalam hati.
Saat itu entah mengapa perasaanku ini menjadi aneh setelah chat dengan Dia, padahal kami baru beberapa hari akrab tapi rasanya kedekatan kami sudah melampaui kata teman. Dia sering menceritakan kesehariannya di kapal saat itu berhubung memang saat itu Dia sedang berlayar. Dia juga sering menceritakan kepadaku tentang keluarganya, dan disaat itu pula aku merasa bahwa sepertinya dia telah menganggapku spesial tetapi aku tidak ingin terlalu berharap lebih kepadanya. Hari demi hari kita lewati, hingga tiba saatnya memasuki bulan Ramadhan di bulan Ramadhan ini memang kusadari hubunganku dengan Dia semakin dekat, Dia sering menelfonku ketika waktu sahur, begitupun denganku jika aku yang bangun duluan aku yang membangunkan Dia sahur dengan cara menelfonnya.
Seiring berjalannya waktu hubungan kami menjadi sangat dekat, ditambah lagi dia sering menelfonku, entah itu ia sudah selesai bekerja tepatnya ketika malam hari atau pada saat Dia lagi jaga malam atau bahkan sesibuk apapun Dia, ia pasti menyempatkan dirinya untuk mengabariku. Bahkan panggilan Dia ke aku sudah bukan namaku tetapi yah sebutan layaknya orang pacaran. Tiada hari yang kami lalui tanpa bertelfonan kecuali pada saat Dia pergi lagi berlayar, tetapi jika kapalnya sudah hampir sampai di tempat tujuannya ia masih menyempatkan dirinya untuk mengabariku baik itu hanya dengan chat atau bahkan Dia berusaha untuk mendapatkan sinyal dengan keluar ke atas kapal hanya untuk mengabariku. Dari situlah aku mulai marasakan bahwa diriku di prioritaskan olehnya. Hingga pada suatu saat ia memperkenalkan ku kepada teman-teman dekatnya sebagai pacar, padahal aku sendiri bingung kapan kita jadiannya dan kapan dia menyatakan perasaannya itu kepadaku, aku bahkan bingung pada saat itu menanggapinya dengan perasaan senang atau sedih.
Ya begitulah hidup tidak ada yang tau apa yang akan terjadi kedepannya. Aku yang pada awalnya tidak ingin menerima pria manapun, tetapi takdir ku pada saat itu berkata lain. Aku harus menerima orang baru lagi didalam hatiku. Seperti layaknya orang pacaran pada umumnya tetapi yang membedakannya kita LDR dan kita hanya bisa berkomunikasi lewat hp, dan untuk bisa bertemu dengan dia aku harus menunggu 1 tahun hingga Dia lulus dan pindah ke makassar. Otomatis perasaanku juga semangat untuk menanti 1 tahun itu, aku berusaha sabar meskipun setiap kali melihat orang pacaran bisa bertemu dengan pasangannya setiap rindu, tapi apalah daya kita yang hanya bisa telfonan jika rindu. Ya, memang pacaran dengan anak pelayaran itu tidak mudah, terlalu banyak rintangan yang berat harus dilalui, mulai dari ditinggal untuk beberapa hari atau minggu bahkan sampai berbulan-bulan. Tapi aku percaya dan aku berusaha untuk meyakinkan diriku bahwa penantian 1 tahun ku tidak akan terbuang sia-sia.
Wahhh😍
BalasHapus🥰❤
Hapus