Jamal Passalowongi
"Tidak boleh menyerah untuk menulis" kata-kata ini selalu saya tanamkan dalam pikiran saya, agar energi postifi kata-kata itu terus masuk dan terngiang dalam batin saya. Banyak orang ketika pandemi Covid 2019. mengalami masa-masa caos dalam menulis, literasi mereka terpuruk ketitik nadir. Padahal untuk memulai pasti akan memerlukan waktu meregenerasi kembai sel-sel literasi di otaknya. Literasi masa pandemik harus bangkit, Bila kita belajar dari kondisi literasi masa pendemik ini, maka akan muncul bentuk baru literasi. Ada yang menyebutkan literasi pendemik, tenryata bila dilihat dengan pandangan positif tanpa sikapa skeptis, maka pandemik ini disamping memiliki "horor" di dalamnya teryata juga menyimpan rahasia hebat. Dan rahasia ini hanya dapat diungkap bila kata "Tidak menyerah untuk menulis" terus berdengung di kepala kita.
Itu untuk pribadi, lantas bagaimana dengan siswa. Siwa adalah subjek dan objek literasi sekolah, saat ini memang literasi keluarga menjadi dominan selama BDR. Akan tetapi apakah berjalan efektif, literasi keluarga itu point pentingnya adalah keterlibatan orang tua dalam menguatkan kemampuan literasi dalam keluargaya. Hal ini tentu masih menjadi tanda tanya.
Saya tidak mau menunggu orang-orang melakukan penilaian terhadap literasi keluarga itu. Saya fokus siswa harus tetap bergiat dalam berliterasi khususnya literasi dasar-baca-tulis. Oleh karena itu, saya mencoba kembali memperkuat literasi siswa dengan meminta mereka mengisi blog kelas dengan tulisan berbentuk pentigraf.
Mengapa Pentigraf, karena pentigraf ini adalah narasi yang hanya terdiri dari tiga paragraf, apakah paragrafnya lebar atau kecil saya serahkan pada siswa. Intinya saya hanya meminta mereka menulis setiap selesai BDR mata pelajaran bahasa Indonesia, Menulis kisah apa saja hanya dnegan tiga paragraf saya pikir mampu memberikan siswa sedikit ruang untuk melampiaskan kegerahannya selama BDR.
Walaupun saya tahu beberapa siswa protes "mengapa hanya 3 paragfar" Tapi saya yakinkan bahwa belajar itu dapat dimulai dengan hal-hal yang sederhana. Dan perlu juga diingat, walaupun tiga paragraf, pentigraf punya kesulitan sendiri, karena satu kisah diciutkan dalam bentuk tiga paragraf.
Tapi semuanya akan buyar bila hanya dengan teori..ayo mulailah..tulis kisah apa saja, jangan takut..gerakkan penamu, bersiaplah memulai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar