Minggu, 22 November 2020

Metamorposa 6

             “Sayang, bangun nak…” ucap seseorang sambil mengusap rambutku. Pasti itu mamaku.

            “Hmm… iya ma” ucapku sambil duduk dan masih menutup mataku.

            “Hari ini kan kamu akan masuk sekolah nak, emang nggak kangen sama teman-teman kamu” kata ibuku membuatku membuka mataku semangat.

            “Eh, iya yah maa, aku mandi dulu yah” kataku sambil berlari masuk kedalam kamar mandi.

            “Mama tunggu dibawah yah, di meja makan” teriak mama ku didepan pintu kamar mandi.

            “Iya maa” jawabku dari dalam kamar mandi.

            “Eh, nggak boleh bicara dalam kamar mandi, sayang!” seru mama ku. aku hanya berdehem sebagai jawaban ‘iya’.

Setelah aku siap dengan seragam sekolahku lengkap dengan hijab dan tas, akupun pergi ke meja makan. Terlihat mama ku dan kak Lugu sedang tertawa bersama.

            “Kayaknya ada yang lucu nih” kataku sambil duduk di dekat kak Lugu.

            “Gini adekku sayang, gue cuman heran aja sama lo. Kok gaya bicara lo ke mama kayak bicara sama sahabat lo. Nggak kayak dulu, dulu kalo bicara sama mama lo saring dulu “ Kata kakakku sambil memulai memakan sarapannya.

            “Eh kak, kalo sebelum makan itu baca doa” ucapku sambil menatap tajam kakakku dan kak Lugu malah terkekeh.

            “Sudah-sudah, mama nyaman kok kalo gaya bicara Ririn yang sekarang, malahan mama nggak suka kalau terlalu kaku juga” kata mamaku sambil tersenyum kepadaku dan akupun tersenyum juga. Emang senyum mama ku itu bikin nular hehe.

Setelah kami sarapan, kak Lugu mengantar aku kesekolah kemudian dia pergi ke kampusnya.

Tak lupa, kak Lugu terlebih dahulu mengantarku ke asrama. Karena laki-laki dilarang masuk ke asrama putri, jadi  kak Lugu hanya mengantarku sampai gerbang asrama saja. Kemudian akupun masuk kedalam asrama sambil mencari letak kamarku. Tak lama kemudian aku menemukan nama ku di daftar nama yang tertempel didepan pintu kamar, akupun masuk dan merapikan isi lemariku. Untung saja semua lemari dan ranjang memiliki papan nama pemiliknya.

Asrama saat ini sepi, mungkin semuanya sudah pergi ke sekolah. Jadi aku berjalan sendiri ke sekolah dan jarak antara asrama putri dengan sekolah sangat dekat. Saat aku sampai di sekolah, aku nggak ingat dimana kelasku berada. Akupun mulai berkeliling untuk mencari kelasku dari sekian banyaknya kelas. Dan akhirnya aku melihat Mina sedang berbicara dengan seorang guru.

            “Assalamualaikum Bu” Salam ku kepada guru tersebut dengan berpura-pura tidak melihat Mina.

            ”Waalaikumsalam nak” jawab nya.

            “Maaf Bu, saya tidak ingat dimana kelas saya Bu.” ucapku

            “Ini kelas kita Rin” kata Mina sambil menunjuk ruang kelas yang ada di belakangnya.

            “Oh iya, kamu benar-benar hilang ingatan nak? Saya ini wali kelas kalian” tanya guru tersebut yang ternyata wali kelasku

            “Iya Bu” jawabku seadanya.

            “Kalian masuklah ke kelas, tidak lama lagi bel akan berbunyi” perintah wali kelas kami dan kemudian aku dan Mina masuk kedalam kelas kami.

            “Rin ini meja kamu, kita duduk bersama loh” Kata Mina dengan tersenyum kepadaku dan menunjuk meja yang ada didekatnya.

            “Hmm” aku hanya berdehem sambil meganggukkan kepala ku saja tanpa membalas senyumannya kemudian duduk dikursiku. Aku bisa melihat sekilas senyumnya hilang.

            “Rin, maafin aku yah, karena aku nggak pernah jenguk kamu pas dirawat. Aku sibuk mengurus berkas-berkas untuk pindah sekolah kesini.” Kata Mina sambil memegang lenganku.

            “iya” ucapku singkat sambil melepaskan lenganku dari tangannya.

            “Andai saja kita pulang bareng hari itu Rin, mungkin kejadian itu tidak terjadi. Kejadian itu membuatmu berubah seperti ini” ucap Mina dengan suara yang sangat kecil. Tapi aku bisa mendengarnya dengan sangat jelas.

            ‘Apa ini semua gara-gara kamu Mina?’ batinku.

Selasa, 27 Oktober 2020

Metamorposa 5

             “-- akan naik ojek saja kalau begitu, Assalamualaikum” sambungku dengan cepat sambil berlari kecil kearah pangkalan ojek yang berada di luar pasar.

            “Waalaikumsalam” jawab Mina dengan Fadli.

Aku pun pulang dengan menggunakan ojek perempuan yang ada dipangkalan ojek tadi. Ditengah perjalan pulang, tiba-tiba ada mobil truk dari arah berlawanan dengan kecepatan tinggi menghantam mobil mini yang ada didepan kami. Seketika mobil mini itu mengenai motor yang aku tumpangi juga. Sementara aku yang memegang erat jaket mba ojek itu, langsung terlepas kemudian akupun tidak sadar lagi.

Saat aku sudah sadar, hanya dinding dan langit-langit putih di ruangan ini yang kulihat. aku tidak tau dimana aku, siapa aku dan mengapa aku bisa seperti ini. Tapi sebuah tangan hangat menggenggam tanganku sangat erat sambil terisak. Ternyata seorang wanita yang terlihat tidak muda lagi. Kemudian dia melihat kearahku lalu memanggil dokter. Aku siapa? Pertanyaan itu selalu ku pikirkan. Setelah dokter datang kearahku, dia mengatakan bahwa aku sudah baik-baik saja. Baik-baik saja bagaimana? kepalaku sakit. Bahkan saat aku meraba kepalaku sendiri, ada perban yang melilit kepalaku.

“Nak, ini mama” kata wanita disamping ku sambil mengusap kepalaku dengan lembut.

            “Mama? tapi aku tidak ingat... bahkan aku tidak tau siapa aku.” ucapku sambil melihat ke langit-langit ruangan ini.

            “Sebenarnya nak, kemarin kamu  kecelakaan hikss… lalu kata dokter kamu amnesia nak, hikss…” kata mamaku sambil terisak.

            “Berarti aku lupa ingatan dong ma” kataku tak percaya.

            “Iya nak, hikss…” kata mamaku

            “Berarti dari kemarin aku tidak sadar, tidak makan, tidak minum, tidak ber---akkhh” kataku terpotong karena ada laki-laki yang memukul mulutku tiba-tiba. Siapa lagi dia? sejak kapan dia ada disini?. aku hanya melihatnya dari ujung kaki sampai ujung kepalanya.

            “Iss… kok ada orang pinggir jalan di sini ma? sejak kapan?” tanya ku sambil menatap sinis laki-laki itu.

            “Ha? Orang pinggir jalan? nih, kenalin gue Lugu, kakak lu satu-satunya yang ganteng” kata laki-laki itu sambil menekankan kata ‘kakak’. Ternyata dia kakak ku, maklum lah kan aku amnesia.

            “Maaf kan adikmu ini kakanda” kataku sambil meyatukan kedua tangan ku tanda minta maaf.  Mama tertawa melihat kelakuan aku dengan kak Lugu.

            “Ayah mana ma?” tanya ku lagi kepada mamaku membuat tawa mama  berhenti.

            “Ayah kamu sudah meninggal nak, sejak kamu masih dalam kandungan mama. Tapi kamu sudah tau kok sebelum kejadian ini” jawab mama ku menatapku dengan dalam. Membuatku menggenggam kedua tangan mamaku.

            “Mmm… Aku mau pulang kerumah ma, boleh yah, ya-yaaaaaa” kataku untuk memecahkan keheningan.

            “Nggak! kamu tetap disini selama satu tahun. Hahahaaaa” Kata kakak ku sambil terbahak-bahak membuatku menatapnya sinis lagi.

            Tidak kok sayang… dokter bilang, minggu depan kamu baru boleh pulang. Soalnya masih ada beberapa perawatan untukmu” kata mama sambil mengusap kepalaku dengan sayang.

            “Lama banget mama… aku bisa lumutan tinggal di sini mama” kataku sambil memajukan bibirku.

            “Itu bibir minta di tampol” kata kakak ku sambil menaikkan tangannya ingin menampol bibir ku. Kemudian kami bertiga tertawa bersama-sama.

 ...

Satu minggu kemudian

            “Assalamualaikum” ucap aku, kak Lugu, dan mamaku bersamaan sambil memasuki rumah kami.

            “Jadi, kamar aku yang mana ma?” tanya ku sambil melihat seluruh isi rumah.

            “Diatas, ada nama lo di depan pintu kamar lo.” jawab kakak ku dengan berjalan mendahului ku.

            “Idiih, kan aku tanya mama, bukan sama kakak”kataku lagi dengan berjalan cepat mendahuluinya.

Akhirnya aku sampai juga, kemudian dengan perlahan aku membuka pintu kamarku. Dinding, meja hias, meja belajar dan kasur semuanya warna purple. Mungkin aku yang dulu sangat menyukai warna purple.

            “Rebahan dulu dehh” ucapku sambil membuang asal tas selempangku, kemudian membuang tubuhku diatas kasur yang empuk lalu menutup mataku.

Selama seminggu dirumah sakit, hanya mama dengan kak Lugu yang menemaniku. Tapi tidak dengan sahabatku Mina, kata mama ku dia sibuk sehingga tidak sempat menjengukku. Dari semua hal yang sekarang aku ingat, pasti masih banyak hal yang belum aku ketahui.

Selasa, 13 Oktober 2020

Cow Dung


           Bel pulang telah berbunyi, aku dan teman – temanku tidak menyadarinya karena sangat serius menghayati dan berimajinasi dengan cerita guru kami. Kami menyadarinya bel pulang saat guru kami yang memberi tahu, namun sayangnya cerita yang diceritakan guru kami belum juga selesai. Kami pun meminta kepada guru kami untuk menceritakan kami cerita itu sampai selesai. Tetapi guruku harus pulang karena dia  sedang sibuk. Akhirnya, kami semua bersiap untuk pulang. Sehingga membuat kami semua tergantung dengan bagian cerita selanjutnya.

            Saat perjalanan pulang dari sekolah, kami pun belum selesai - selesainya bercerita dan menebak – nebak apa lanjutan cerita dari guru kami. Tiba – tiba “prakkk....”  Aira salah satu teman kami menginjak tahi sapi basah yang ada di depan gerbang sekolah karena sangat bersemangat menebak lanjutan cerita dari guru kami. Sepatunya pun penuh dengan tahi sapi basah itu. Awalnya kami hanya menertawainya karena tidak bisa menahan tawa kami, lalu kemudian kami menolongnya.

            Mengapa dia bisa menginjak tahi sapi itu ?, karena dia berjalan di depan kami. Sambil  menghadap ke arah kami dan menebak – nebak lanjutan cerita dari guru kami. Sebenarnya kami sudah mengingatkan Aira, tetapi dia sangat lambat menyadarinya sehingga menginjak tahi sapi itu. Akhirnya, dia pulang dengan salah satu sepatunya yang penuh dengan tahi sapi. Kami pun hanya memberi tahunya, kalau jalan itu menghadap ke depan bukan ke belakang. 


 

Minggu, 11 Oktober 2020

The Twilight Girl

Oleh: Annisa Dwi Pratiwi


         Cahaya matahari mulai meredup, sang awan pun dengan seksama menjadi penguasa langit, menyisingkan senja yang berwarna jingga. Di sebuah sekolah hanya kesunyian yang menyelimuti, tak ada satpam yang selalu berada di pos nya, juga tak ada murid yang meramaikan sekolah oleh tingkahnya.

          Akan tetapi, ada seorang gadis cantik bernama Naya. Seorang siswi kelas XII di sekolah itu sedang berlari dengan tergesa-gesa. Gesekan sepatu ketsnya membuat suara di sekitar lorong yang ia lewati menggema. Rambut panjangnya ikut melambai seiring langkah kakinya yang lebar, wajahnya tambak basah oleh keringat menandakan ia berlari tanpa henti.

Naya telah sampai di tempat tujuannya, yaitu ruang kelasnya. Dengan napas terengah-rengah, kedua tangannya bertumpu pada lutut untuk menetralkan nafasnya. Di atas pintu terlihat kayu kecil yang menggantung bertuliskan XII-1. Ia menegakkan badannya, lalu berjalan menuju bangku yang berada di pojok kanan dekat pintu masuk. Gadis itu berjongkok untuk melihat isi laci mejanya, senyumnya langsung mengembang saat benda yang ia cari ternyata masih tergeletak rapi.

Tangannya terjulur mengambil benda tersebut yang ternyata adalah buku catatan.

“Untung masih ada” Keluhnya lega, jika sampai buku catatan ini hilang, bisa bisa nyawanya besok dicabut oleh pak Hasdar, guru matematika paling killer yang terkenal dengan kedisiplinannya. Jika tidak membawa buku catatan yang telah dianggap kitab suci bagi para siswa yang diajar oleh pak Hasdar. Siap siap saja hukuman atau nilai taruhannya. Naya berjalan sambil memeluk bukunya, matanya meneliti setiap sudut sekolah.

“Ternyata kalo sepi gini, sekolah serem juga” Batinnya, ia jadi teringat cerita teman-temannya tadi siang. Sore menjelang maghrib akan ada suara wanita minta tolong, sosoknya menggunakan baju putih yang penuh dengan darah, rambut panjang menutup wajahnya yang juga penuh akan darah, ditambah lagi ia berjalan dengan menyeret kedua kakinya yang berdarah, menciptakan garis memanjang di sepanjang koridor.

Tiba-tiba angin berhembus dari arah belakang, membuat tubuh Naya sekitika merinding, ia memeluk dirinya sendiri mencoba meyakinkan diri bahwa yang tadi hanya sebuah hembusan angin semata.

“Ya, itu hanya angin” Batinnya meyakinkan.
Ia mempercepat langkahnya, berbelok melewati lorong tanpa menengok ke belakang, takut jika hantu itu muncul tepat saat ia menengok ke belakang.
Akhirnya Naya sampai di lapangan belakang sekolah, ia memilih jalan ini karena lebih cepat sampai di rumah dari pada melewati halaman depan.

Baru saja Naya akan melewati pohon besar itu, matanya langsung terbalak melihat seorang gadis bertikarkan rumput sedang duduk di bawah pohon. Perawakan gadis itu mungil, mengenakan gaun putih tanpa lengan dengan rambut panjangnya yang diurai membingkai wajah bulatnya.

Gadis itu mendongak melihat ke arah Naya yang sedang memeluk buku. Gadis bergaun putih itu tersenyum, sambil melambaikan tangan ke arah Naya. Awalnya Naya takut, pikirannya mengatakan bisa jadi gadis itu hantu.

Tapi setelah ia teliti lebih jauh, tidak ada tanda tanda ia hantu, sepasang kakinya ada, tak ada noda merah di gaunnya ataupun rembesan darah dari kakinya, bahkan jika Naya boleh jujur gadis itu cantik dan manis.

Perlahan ia mendekat ke arah gadis itu dan duduk di sampingnya. Naya masih bersikap  sedikit waspada, ia duduk agak jauh untuk menjaga jarak. Sedangkan gadis itu tampak tidak keberatan. Justru ia agak mendekat dan mengulurkan tangan untuk berkenalan.

“Aku Reina, namamu siapa?” Tanya gadis itu.
“A.. aku Naya” Jawabnya agak gugup.


Sabtu, 10 Oktober 2020

Hey,you rawr! pt.3

 Hari yang sangat melelahkan,ini sudah hari kesekian tidak denganmu.Aku melempar tas samping ku dan mengantung masker di pojokan kasur,hari ini aku merasa sangat lelah setelah beberapa acara yang mengharuskanku untuk keluar rumah,tidak begitu banyak tapi cukup melelahkan


"Well you only need the light when it's burning low

Only miss the sun when it starts to snow

Only know you love her when you let her go

Only know you've been high when you're feeling low

Only hate the road when you're missing home 

Only know you love her when you let her go

And you let her go"

Aku seketika terdiam mendengar lagu pertama yang terputar di playlistku,setelah kita tidak bersama lagi,aku memutuskan untuk tidak mendengar lagu itu,aku kira aku telah menghapusnya dari playlist,namun kenapa justru lagu ini yang pertama kali terdengar.


Aku seketika teringat,saat kamu bilang lagu ini punya makna yang sangat baik,katamu itu yang selalu kamu dengar ketika kita sedang tidak baik baik saja. 

" setiap kita sedang tidak baik, aku selalu diam dan mendengarkan lagu ini,karena artinya membuatku berpikir bahwa aku akan betul betul merasa kehilangan dan mencintaimu ketika aku membiarkanmu pergi,oleh karenanya sebesar apapun masalahnya tidak akan ada pisah antara kita"

Aku senyum waktu itu,merasa sangat bahagia ketika tahu bahwa ada seseorang yang tidak ingin pergi dan memilih untuk menetap,yaitu kamu.

Walau akhirnya kita sudah tidak bersama lagi,aku akan selalu ingat bagaiamana cara kita bertemu untuk pertama kali.


Sekarang lebih berat dari sebelumnya,aku dan kamu yang sebelumnya jadi kita,yang dulu saling berjanji untuk menetap,namun sekarang tak bertatap benar benar kehilangan kabar,aku tau pasti,tengah malam begini pasti kamu sudah menyuruh dia untuk tidur,karena biasanya kamu tidak pernah membiarkan ku untuk tidur larut malam.


Semakin gelap malam yang datang,semakin rindu ini mengekangku,kamu apa kabar?

malam itu terasa sakit lagi,ini sudah yang kesekian kalinya,ada sedikit rindu yang harus tersampaikan namun mustahil.


Kadang aku bertanya tanya,kenapa sesuatu yang begitu singkat justru yang paling terasa?Mataku sembab lagi dan lagi,aku tau ini sulit dan mungkin juga sulit bagimu meski tak nampak,air mataku menetes di sudut mataku yang sedari tadi menahan namun sudah tak terbendung.Kembali lagi air mata yang menjadi pengantar tidur malam itu.


Minggu, 04 Oktober 2020

Akhir sebuah kisah (3)

   Perkenalkan namaku Kinara Apriliana, orang-orang biasa memanggilku kinara, aku seorang wanita yang hidup sendiri tanpa siapa-siapa. Izinkan aku menceritakan bagaimana semua ini terjadi.

  16 november, saat itulah aku berada di dunia dan merasakan oksigen yang biasa di hirup manusia. Aku telah lahir dan akan mengalami apa yang biasa semua orang alami. 

  Tapi.....Sepertinya aku adalah pengecualiannya.

  Pagi yang cerah,aku berjalan dengan buku-buku pelajaran sekolah.

 Brukk...

  Buku ku berserakan karena seseorang menabrak ku.aku pun merunduk dan ikut membereskannya. Kami belum saling melihat, yang ku dengar hanya kata-kata maaf yang berulang kali ia katakan.  

 "Maaf"katanya membuat ku tersadar. Aku bangkit dan meninggalkannya.

  Biasanya sehabis pulang sekolah aku  pergi ke  sebuah  kafe  di pinggir jalan. Yaahh.. hanya dengan ini  ku bisa membalas budi kepada orang yang telah merawatku setelah kedua orang tuaku meninggal.

  Saat aku memasuki pintu cafe, kak lana sudah menyambutku dengan celemek seragam karyawan di tangannya. Aku mengambil dan segera memakainya.

  "Bagaiamana tadi sekolahmu, menyenangkan ?" Tanyanya saat aku baru saja keluar dari ruangan ganti.Aku melewatinya dan membersihkan meja biasa aku  meracik coffie.

  "biasa aja,sama seperti biasanya" kataku. Dia mendekati ku, dan memandang ku dengan tatapan yang.... tidak aku mengerti.

"apa malam ini kau ada acara ?"

 "tidak ada  kak "jawabku sambil terus melanjutkan pekerjaan ku 

 "Emm.. apakah kamu ada waktu nanti malam" aku langsung berhenti melakukan pekerjaanku dan menatap kak lana dengan ekspresi yang tidak bisa aku tebak.

 "enggak ada si kak... Emangnya ada apa?

   "begini nar, ada sesuatu yang ingin kakak beritahukan ke kamu di suatu tempat"sambil menatap ku dengan serius.

"emang penting banget yaa kak sampai-sampai harus keluar apalagi sekarang banyak sekali pelanggan yang datang ke cafe".

"Masalahnya nar,hal ini sangat penting" 

"baiklah kak tapi setela cafe ini tutup yaa..."kataku sambil tersenyum menatap kak lana.



Bersambung....


Jumat, 25 September 2020

Live a life

 

Oleh : Ismi Nadya RJ

       Diusia muda ini ia harus hidup dengan penuh kekosongan tak ada satupun yang menyenangkan seruan mereka terlihat menyampaikan dunia ini tak adil baginya. Kalimat yang penuh arti terkadang tak selalu membuktikan, apakah hanya ia seorang yang merasakannya? Sesekali ia pandangi langit yang terlihat hanyalah abu-abu dan beberapa cahaya kilat, awannya yang merintikkan buih-buih airnya yang jatuh lembut di mata dan tak lama dari itu buih-buih airnya semakin deras dan jatuh serasa menusuk.

Kebanyakan orang menghindari turunnya hujan karena beberapa orang tak suka arti basah beda halnya bagi penderita depresi, stress dan pluviophile sebagian dari mereka menganggap hujan adalah obat serta anugerah baginya karena disitulah kenikmatan yang sesungguhnya yang ada pada mereka, karena matahari baginya selalu menghadirkan kenangan buruk sebab cahaya yang mereka lihat telah mengkhianatinya.

Hidup ini bagaikan sebuah piano, kebahagiaan sebagai tuts yang berwarna putih dan kepedihan sebagai tuts yang berwarna hitam. Apabila kedua tuts digabungkan menjadi satu dan beriringan maka dari nada-nada tersebutlah akan tercipta susunan-susunan lagu yang indah dan harmoni. Begitulah kepedihan tak akan jauh dari kebahagiaan seperti tuts putih yang mencari tuts hitam yang tak jauh dari tempatnya.


Kamis, 24 September 2020

Dia


    Sakit hati dan putus cinta adalah hal yang wajar dan pasti dialami oleh setiap orang di dunia ini, terutama aku. Rasanya capek jika harus mengenal orang baru apabila hubungan yang kita jalani ini harus berakhir. Hingga pada suatu saat aku memutuskan untuk membuka kembali hatiku yang telah beberapa saat ku tutup untuk orang lain karena mengharapkan mereka yang telah pergi untuk kembali. Awal pertemuan ku dengan Dia memang tak bisa di duga bagaimana kedepannya. Ya, Dia adalah pria yang membuat hatiku terbuka kembali untuk kesekian kalinya. 

    Aku yang menganggap bahwa pacaran dengan anak pelayaran adalah suatu hal yang mustahil untuk kulalukan, itu karena aku paling tidak suka dengan yang namanya pelaut, taruna ataupun yang namanya pelayaran dan selain itu juga karena aku tidak memiliki kenalan seperti teman yang berprofesi sebagai pelaut. Namun aku sangat suka dengan laut, rasanya setiap aku ke laut semua masalah atau beban yang ku alami atau kuhadapi hilang begitu saja dibawa oleh hembusan angin. Rasanya tenang dan damai mendengar suara ombak dan angin yang berhembusan di laut itu. Aku yang awalnya sangat tidak suka dengan yang namanya pelaut menjadi sebaliknya dan itu semua terjadi karena Dia

    "Eh inikan teman TK ku" kata ku dalam hati, sambil melihat permintaan pertemanan seorang cewek di FB ku. Setelah beberapa menit aku mengecek FB nya dan ternyata benar dia adalah teman TK ku, lebih tepatnya sahabat ku. Setelah ku konfir permintaan pertemannya aku memberanikan diri untuk mengechat nya. Yang tadi aku pikir dia sudah melupakanku dan sudah berubah tapi ternyata tidak dia masih seperti Alin yang dulu. Ya, namanya Alin dia adalah salah satu sahabatku sewaktu TK dulu di Sorong, sebelum aku pindah ke Makassar.

    Waktu berjalan begitu cepat, kami semakin akrab dan dari Alin aku juga kembali menemukan sahabat ku yang satunya lagi namanya Dea. Tetapi untuk beberapa saat aku lost contact lagi dengan Alin dan hanya sekedar berbagi kabar dengan Dea. Sampai pada suatu waktu di tengah-tengah perbincangan kami yang sangat seru itu dea menceritakan kepadaku seorang cowok yang katanya dia juga adalah teman ku, tetapi entah mengapa aku tidak mengingatnya.

    "Eh Ayu kau masih kenal Ardan kah tidak?" Tanya Dea kepadaku. 
    "Ardan itu siapa?" Balasku.
    "Ardan teman TK kita juga, jangan bilang ko sudah lupa dengan dia. Eh dia sekarang sudah jadi taruna tuh" kata Dea kepadaku yang seolah membanggakan Ardan.
    "Aih sa tidak ingat Ardan itu siapa. Terus kenapa kalau dia jadi taruna" jawabku dengan cuek. 
Setelah itu dea lalu mengirimkan ku kontak whatsapp Ardan dan menyuruh ku untuk mengechat nya.
    "Nda ah, takut sy. Siapa tau dia sudah tidak kenal dengan saya" kataku kepada dea dengan ragu. 
    "Tidak, bilang saja ini Ayu rada" jawab dea. 
Keesokannya akupun memberanikan diri untuk mengechatnya. 
    "Svback" chat ku dengan penuh keraguan.
    "Sorry, ini siapa eee??😅" balasnya. 
    "Ayu rada" jawabku kembali. 
    "Oh tmn sd ka?"

    Setelah chatku itu di balas rasanya sangat senang bisa saling berkomunikasi dengan teman-teman lamaku. Hari semakin berlalu dan kamipun sering chat-an dan itu hampir setiap hari bahkan setiap jam, aku seperti merasa pembahasan kita memang tiada habisnya. Aku semakin akrab dengannya hingga bahkan kita pun saling berbagi cerita tentang kesibukan masing-masing, saling cerita beberapa pengalaman, bahkan disaat dia sedang sibuk karena waktu itu dia sedang dikapal, dia bahkan menyempatkan dirinya untuk mengabari atau membalas chatku. Selain itu disaat dia sedang bermain game, dia juga menyempatkan dirinya untuk chat denganku bahkan dia tak segan menelfonku hanya untuk menyuruhku menemaninya bermain game. Tetapi, semakin aku serinh chat dengan Dia disaat itu pula perasaan ku mulai aneh, aku berusaha meyakinkan diriku dengan berkata dalam hatiku "Mungkin cuman perasaanku saja, aku sudah capek untuk menyukai orang lain karena ujungnya juga akan sama nantinya yaitu berakhir putus". Kataku dalam hati.

   Saat itu entah mengapa perasaanku ini menjadi aneh setelah chat dengan Dia, padahal kami baru beberapa hari akrab tapi rasanya kedekatan kami sudah melampaui kata teman. Dia sering menceritakan kesehariannya di kapal saat itu berhubung memang saat itu Dia sedang berlayar. Dia juga sering menceritakan kepadaku tentang keluarganya, dan disaat itu pula aku merasa bahwa sepertinya dia telah menganggapku spesial tetapi aku tidak ingin terlalu berharap lebih kepadanya. Hari demi hari kita lewati, hingga tiba saatnya memasuki bulan Ramadhan di bulan Ramadhan ini memang kusadari hubunganku dengan Dia semakin dekat, Dia sering menelfonku ketika waktu sahur, begitupun denganku jika aku yang bangun duluan aku yang membangunkan Dia sahur dengan cara menelfonnya. 

    Seiring berjalannya waktu hubungan kami menjadi sangat dekat, ditambah lagi dia sering menelfonku, entah itu ia sudah selesai bekerja tepatnya ketika malam hari atau pada saat Dia lagi jaga malam atau bahkan sesibuk apapun Dia, ia pasti menyempatkan dirinya untuk mengabariku. Bahkan panggilan Dia ke aku sudah bukan namaku tetapi yah sebutan layaknya orang pacaran. Tiada hari yang kami lalui tanpa bertelfonan kecuali pada saat Dia pergi lagi berlayar, tetapi jika kapalnya sudah hampir sampai di tempat tujuannya ia masih menyempatkan dirinya untuk mengabariku baik itu hanya dengan chat atau bahkan Dia berusaha untuk mendapatkan sinyal dengan keluar ke atas kapal hanya untuk mengabariku. Dari situlah aku mulai marasakan bahwa diriku di prioritaskan olehnya. Hingga pada suatu saat ia memperkenalkan ku kepada teman-teman dekatnya sebagai pacar, padahal aku sendiri bingung kapan kita jadiannya dan kapan dia menyatakan perasaannya itu kepadaku, aku bahkan bingung pada saat itu menanggapinya dengan perasaan senang atau sedih.

    Ya begitulah hidup tidak ada yang tau apa yang akan terjadi kedepannya. Aku yang pada awalnya tidak ingin menerima pria manapun, tetapi takdir ku pada saat itu berkata lain. Aku harus menerima orang baru lagi didalam hatiku. Seperti layaknya orang pacaran pada umumnya tetapi yang membedakannya kita LDR dan kita hanya bisa berkomunikasi lewat hp, dan untuk bisa bertemu dengan dia aku harus menunggu 1 tahun hingga Dia lulus dan pindah ke makassar. Otomatis perasaanku juga semangat untuk menanti 1 tahun itu, aku berusaha sabar meskipun setiap kali melihat orang pacaran bisa bertemu dengan pasangannya setiap rindu, tapi apalah daya kita yang hanya bisa telfonan jika rindu. Ya, memang pacaran dengan anak pelayaran itu tidak mudah, terlalu banyak rintangan yang berat harus dilalui, mulai dari ditinggal untuk beberapa hari atau minggu bahkan sampai berbulan-bulan. Tapi aku percaya dan aku berusaha untuk meyakinkan diriku bahwa penantian 1 tahun ku tidak akan terbuang sia-sia. 

Untukmu Ibu Part 2

 Oleh : Astri Dita Kashari

Ibu,  tengoklah kebawah. Lihat putrimu yang lemah ,putrimu yang rindu kasih sayang ,putrimu yang menginginkan mu kembali. Selama Ibu meninggalkanku semua urusan hidupku saya sendiri yang mengerjakannnya. Hal inilah yang membuat diriku menjadi anak yang mandiri.

Ibu, ku ketik tulisan-tulisan ini hanya untuk meluapkan betapa aku merindukanmu . Ibu, Aku kadang iri melihat mereka yang masih bisa tersenyum bahagia bersama Ibunya. Yang masih bisa mencium Ibunya ,memeluk Ibunya, makan bareng Ibunya ,dijenguk ibunya di asrama, jalan bareng Ibunya, bercerita tentang semuanya kepada Ibunya. Tapi aku?? Aku hanya bisa nangis melihat mereka bahagia,aku terbawa masa lalu saat indah bersama Ibu.

Ibu! terkadang aku meminta sama Allah untuk mempertemukan kita secepatnya, tapi aku mengerti ini telah menjadi ketentuan bahwa setiap yang bernyawa akan meninggal Pada akhirnya inilah waktunya engkau meninggalkanku. Ibu!..Insya allah suatu saat nanti kita akan berkumpul di alam keabadian itu Bu, Ya ALLAH  Sertakan selalu Ibuku di setiap perjalananku..Hadirkan dia dalam setiap langkahku untuk mewujudkan cita-cita yang telah aku janjikan untuknya..Hadirkan dia dalam setiap mimpi dalam tidur aku..Tempatkan dia di surga terbaikmu bersama orang-orang beriman..Sayangi dia sebagaimana aku dan keluarga ku menyayanginya..Peluk dia erat seerat-eratnya ya allah jangan biarkan dia bersedih & jaga dia untuk aku ya allah"

I REALLY MISS YOU Ibu, Terimakasih atas segala jasa-jasamu yang telah merawat Menjaga, menyayangi bahkan membesarkan aku Ibu, maaf karena aku belum sempat membalas segala jasa-jasa mu. meskipun aku tau Ibu tak pernah mengharapkan imbalan apapun, beristirahat yang tenang di alam keabadianmu. Tetaplah hadir dalam setiap mimpiku.

Bersambung...

Kehilangan


 By Nhayla Ali 


      Sakit memang ketika kita kehilangan orang yang sangat berharga dalam hidup ini. Ini bukan tentang dia pergi tapi ini tentang dia telah hilang(sesuatu yang tak akan perna kembali lagi).perkenalkan namaku jelita, cerita tentang kehidupanku......

        Aku anak pertama,dulu aku sangat dimanja oleh ibuku,yah oleh ibuku bukan ayahku.dulu aku selalu bertanya-tanya pada diriku sendiri mengapa didikan ayah dan ibuku berbeda beda.jujur ibuku sangat mengerti tentang bagaimana anak perempuannya tumbuh dan berkembang sedangkan ayahku dia selalu saja menganggap aku masihlah anak kecil yang tidak tau apa apa akibatnya berbagai macam larangan yang dibuat ayahku yang ditujukan padaku dan itu sangat membuatku kesal.tapi selain itu aku juga mempunyai banyak kenangan manis bersama ayahku,jujur dia selalu menganggap aku anak kecil yang tak tau apa apa jadi setiap dia pulang kerja aku selalu mendapatkan pelukan hangat darinya dan aku selalu menceritakan semua kejadian hari itu padannya,dan itu membuat itu membuatku sangat senang cerita pada ayahku tapi yah balik lagi dia selalu menganggap aku anak kecil.

      Dannnn ada suatu kondisi dimana semua itu telah hilang. Semua kebiasaan yang aku lakukan bersama ibu dan ayahku pun telah berbeda dan aku tumbuh menjadi anak mandiri. Ditunggu part 2 yah.......

Insecure

 By Andi Assahra



   Hi everyone! Kenalin nama gue Anya gue saat ini menginjak usia 16 tahun dan duduk dibangku kelas XI SMA. Katanya sih masa paling indah adalah masa SMA tapi pasti semua orang punya ceritanya masing-masing. Nah kali ini gue mau ceritain sedikit kehidupan gue yang udah lama gue pendam banget. Sebenarnya tuh gue orangnya itu insecurean banget tapi ada lah cara gue buat nutupin.

   Mungkin kata insecure sudah familiar (terkenal) kamu dengar. Tapi kebanyakan teman-teman gue itu insecure pada fisik mereka masing-masing. Gue juga insecure tapi bukan masalah fisik, jujur aja yah,, gue paling insecure dengan Pendidikan/pengetahuan teman-teman gue. Rasanya emang gak enak aja gitu, teman-teman gue pada hebat, pengetahuannya tinggi amat sedangkan gue, rasanya otak ini ya gimana yah.  

   Tapi gue kasih tau yah, insecure itu gak boleh yah teman-teman apa lagi soal fisik, fasilitas dll. Kita harus mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan. Di kasih kesempatan hidup aja kalian harus bersyukur banget. Tapi menurut gue kalau insecure mengenai pendidikan, jadiin aja motivasi biar lebih giat lagi belajar. Guys sampai sini dulu yah, jangan lupa pakai masker!.

Hey, you rawr! pt.2

 "ahh akhirnya selesai" aku menghelah nafas setelah seharian duduk dimeja belajarku mengerjakan tugas yang sudah menggunung.

Malam itu aku tidak pernah sedikitpun keluar kamar,walaupun hanya untuk minum air.Seperti tak ada semangat setiap malam hari datang,setelah kuputuskan untuk menjauh,ternyata itu bukan jalan terbaik,bahkan itu jalan terburuk,duniaku berubah.Aku belum pernah seperti ini sebelumnya,sampai pada akhirnya aku menemukan akhir dari kita.


Setelah sholat biasanya aku selalu mengisi kembali jurnal harian tentang apa yang akan aku lakukan keesokan harinya,kulihat di cover belakang binderku ada 4 foto yg kuselipkan,foto yang selalu jadi semangat,foto yang selalu jadi alasanku untuk bahagia setiap harinya.


"People can change,but memories dont" kalimat sangat tepat untuk aku yang masih setia menyimpan semuanya dengan rapi,sebelum kita memutuskan untuk kembali bersama aku tau ini tidak akan lama,oleh karenanya aku selalu menghargai waktu denganmu,walaupun hanya sekedar berkeliling malam tanpa tujuan,dan ternyata saat itu menjadi pertemuan terakhir kita.


Setiap ku cek ponselku,aku selalu menunggu jam menunjukkan pukul 22:00. Aku selalu senang jika jam sudah menunjukkan pukul tersebut,tapi itu dulu.Sebelum semuanya pergi dan membuat hal kecil jadi tidak berarti lagi


Setelah semua rutinitas malamku lakukan,aku berbaring dikasur dan memilih untuk beristirahat,namun sesekali ku cek whatsappku hanya untuk memastikan kamu online atau tidak,dengan melihat mu online berarti sudah menandakan kamu baik baik saja. Rutinitas malamku menjadi berkurang setelah tidak denganmu,harusnya diwaktu seperti ini ada diantara kita yang akan bercerita tentang bagaimana hari ini,apa saja yang kita lakukan,dan hal hal random lainnya

Tapi untuk sekarang,aku menggantinya dengan sebuah rekaman suaramu dulu,isinya mengungkapkan bahwa dulu kamu takut kehilangan aku,dulu kamu takut tidak bisa lagi bersama denganku.Aku bersyukur masih bisa punya alternatif yang bisa menggantikan kebiasaan kita dimalam hari menjelang tidur.


Tapi aku begitu lemah,air mataku tak terbendung saat memutar kembali rekaman itu,setiap detiknya selalu ada rindu yang tak tersampaikan,aku memilih untuk menghubungimu terlebih dahulu.

" Boleh call? ", Sekitar lima menit,ponselku berdering namamu tertulis dilayar,akhirnyaku angkat,dan sejenak hening.

"Halo?" Katamu,setelah beberapa waktu diam. Aku tidak merespon sedikitpun,kamu mengulang ulang kata yang sama dan sesekali memanggil namaku,semakin kamu bicara semakin sakit yang kurasa,tangisku semakin menjadi jadi setelah tahu bahwa untuk bersamamu lagi adalah hal yang tidak mungkin lagi terjadi,kamu milik orang lain.

Meskipun begitu baik aku maupun kamu tidak memilih untuk pergi,lebib tepatnya saling mengikhlaskan untuk keadaan ini,padahal sebelumnya untuk berpisah dengan kamu tidak pernah masuk dalam rencanaku.

Terlalu lama terisak,hingga aku tidak sadar tertidur hingga pagi,dan telfon tersebut tidak mati,masih seperti dulu.






R

Minggu, 20 September 2020

Misteri Kamar Mandi Sekolah 2

 Oleh : Nurzalzabila 

    Hembusan nafas itu sangat kuat, dan tubuhku mulai merinding. Keringat dingin mulai bercucuran di keningku, aku pun langsung beranjak mencari gagang pintu yang ada di sebelah kiriku. Namun pintunya susah terbuka. Dan di belakangku terasa angin dingin yang berhembus seperti meniup pundakku. Suara hembusan nafas ini membuatku sangat takut, aku pun memberanikan diri membalikan tubuhku dan tidak ada siapa-siapa. Jantungku makin berdegup kencang, aku ingin berteriak tapi tidak bisa. Tubuhku rasanya kaku, badanku rasanya tidak bisa kugerakkan dan tiba-tiba ada sesuatu yang bergerak-gerak di atas kepalaku. 

    Sekarang aku merasakan ada sesuatu yang menyentuh rambutku. Sedikit demi sedikit dan kali ini sangat terasa kalau itu adalah rambut seseorang, sebuah rambut yang sangat panjang dan menutupi wajahku. Sekuat tenaga aku memberontak, namun seperti ada yang memeluk dari belakang . Aku semakin tidak bisa bergerak. Dan akupun mulai kesulitan bernafas, suara hembusan itu semakin lama semakin jelas dari atas kepalaku. Aku mulai membaca doa dalam hati. Namun sulit sekali untuk mengeluarkan suara sampai akhirnya aku bisa bergerak dan ketika aku lihat ke atas. Aku melihat sebuah wajah dengan mata yang sangat merah. Hanya beberapa detik saja aku melihatnya, dan tidak lama kemudian sosok itu menghilang. Badanku yang kaku sudah bisa aku gerak kan, dan aku segera berlari keluar. 

    Didepan aku bertemu dengan teman-temanku yang sedang menunggu di pos satpam depan sekolah. Aku pun menceritakan kejadian tadi kepada teman-temanku, semua temanku pun kaget. Lalu ceritaku di tanggapi oleh pak satpam yang ada disitu mengatakan aku memang salah. Aku salah karena sudah memakai kamar mandi itu. Kamar mandi itu memang angker karena disitulah terjadi pembunuhan. Makanya setiap malam lampu di matikan agar tidak ada yang masuk. Satpam itu lanjut berkata, dia tidak tahu kalau aku ada di dalam kamar mandi itu. Karena saat dia lewat, semua pintu kamar mandi terbuka dan kosong. Aneh, padahal jelas-jelas tadi aku berada di dalam kamar mandi. 


7 Days With Him (4)

 Oleh : Nur Fakhirah


(4)

            Tak terasa sudah 5 hari berlalu sejak aku dan Mark bertemu. Dan tak terasa pula selama 5 hari itu aku dan Mark banyak menghabiskan waktu bersama, benar-benar momen yang menyenangkan. Seperti saat ini aku dan Mark sedang berada ditaman kompleks perumahan untuk menghirup udara malam yang segar. “Jadi kapan lo bakal kembali ke Kanada?” Tanyaku pada Mark. Saat melontarkan pertanyaan tersebut ada rasa sedikit sesak didalam hati ku. Aku tak sanggup mendengar jawaban Mark, tapi aku juga sangat penasaran. Rasanya jadi serba salah saja. “Mungkin dua hari lagi” Jawab Mark tanpa melihat ke arahku. Aku sedikit menundukkan kepalaku saat mendengar jawaban Mark, rasa sesak yang ku rasakan tadi jadi semakin bertambah.

            Setelah pulang dari taman kompleks pikiran ku menjadi kalut. Kenapa aku bisa memiliki perasaan seperti ini pada Mark, padahal pertemuan pertamaku dengannya tidak berkesan baik, tapi mengapa selama 5 hari menghabiskan waktu bersamanya, perasaan yang ku cegah agar tidak semakin tumbuh malah menjadi sebaliknya. Aih semakin memikirkannya membuat perasaan sesak itu muncul lagi.  

            Di saat aku masih terus saja termenung, orang yang sejak tadi kupikirkan tiba-tiba saja muncul di ambang jendela kamarku “Kalau malam tuh jendela kamar ditutup, bukan dibiarin terbuka begini!, lo mau kemasukan maling” Aku mendegus kesal mendengar Mark berbicara, entah mengapa nada biacaranya terdengar begitu menyebalkan ditelinga ku. Dia ini bisa menyenangkan sekaligus menyebalkan dalam satu waktu. “Lo juga yang salah ngapain larut malam ke rumah orang!” Ucapku dengan nada ketus. “Itu… lo mau ngga temenin gue ke bioskop besok setelah lo pulang sekolah?” Tanya Mark sambil menggaruk tengkuk belakangnya yang tak gatal. Jujur saja aku sangat senang saat mendengar ajakan Mark tapi aku berusaha untuk tetap terlihat tenang jadi aku hanya mengangguk sebagai jawaban. “Kalau begitu sampai ketemu besok dan jangan lupa mimpi indah” Dan setelah itu Mark benar-benar sudah kembali ke rumahnya, menyisakan diriku dan suara degup jantungku yang tak mau berhenti berdebar kencang.

           

Bersambung ….

Akhir sebuah kisah (2)

 Kau terlambat...

    Hawa dingin memenuhi seluruh ruangan rumah ini. Seakan semua berubah di selimuti oleh karena es.'kau terlambat' kata-kata itu bergemma di sana. Wanita itu menjerit hebat 

  Ruangan gelap yang nyaris tak mendapat cahaya.hanya sinar bulan dari cahaya untuk melihat sekelilingnya. Wanita itu,masih wanita yang sama.bersender di kayu jendela yang terbuka .tatapannya kosong melihat sebuah kotak musik.Dia mengambil kotak tersebut lalu membukanya. Terdengar alunan musik yang bersenandung rapi tapi menyeramkan.dia menaruh kotak tersebut di atas meja dan mengambil pisau yang tersedia di meja kecil dekat ranjangnya.lama ia berdiam, kini ia mulai mengerakan pisah tersebut ke arah urat nadi di pergelangan tangannya 

   "Na...na..na..na.."ia bersenandung kecil sambil menyeset pergelangan tangannya secara melingkar senandung itu terdengar mengerikan. Wanita itu menyeset pergelangan tangannya tepat di atas kotak musik, sehingga darah bersibah memenuhi kotak musik yang masih berbunyi itu pisau itu sudah menyeset setenga... lalu  mulai memotang urat nadinya

Srrttt...

  Terima kasih telah membuat hari-hari ku indah setelah mengenal kalian saat 22 july aku tau senyuman itu. Senyuman kemenangan. Kau terlalu tanggu untuk ku kalahkan sekarang aku tenang.sekarang aku bersama mereka. Aku sudah bebas dari semua ini nikmati kehidupan barumu. 


Bersambung...

7 Days With Him (3)

 Oleh : Nur Fakhirah


(3)

            Aku mendengus kesal saat hawa dingin udara seakan menusuk sampai ke tulang-tulangku. Padahal tadi rencananya kami akan melakukan jogging, tapi semuanya kacau saat tiba-tiba hujan turun walaupun ini hanya hujan gerimis tapi udara dingin yang ditimbulkan seperti hujan deras. Untung saja bersamaan saat hujan turun tadi kami berada tak jauh dari sebuah mini market, ini juga sebenarnya sebuah keuntungan karena di kompleks perumahanku banyak toko dan mini market. “Mark kita masuk ke dalam mini market aja yuk, kalau tidak salah di dalam mini market ada di sediain alat seduh air panas jadi kita bisa makan mie cup di dalam” tanpa pikir panjang lagi Aku langsung menarik tangan Mark masuk ke dalam mini market.

            “Gimwana twadi? Mienya enwak nggwa Mwark?” Tanyaku pada Mark dengan mulut yang penuh dengan bakso. Jadi setelah kami makan Mie di mini market tadi kebetulan hujan sudah reda jadi aku mengajak Mark untuk singgah membeli bakso. “kalau mau bicara itu ditelan dulu makanannya, terus kalau makan pelan-pelan, mulut lo jadi belepotan sama saus nih”. Aku tertawa saat mendengar Mark berbicara, dia jadi seperti ibu yang memarahiku jika aku berbicara saat sedang makan. Lalu tiba-tiba saja aku membeku saat tangan Mark membersihkan ujung bibirku yang terkena saus. “Eh eh Mark nanti tangan lo kotor” Ucapku sedikit gugup, entah mengapa tiba-tiba saja jantungku berdetak dua kali lebih cepat seakan aku sedang melakukan lari marathon. “Ngga apa-apa, santai aja”. Dan tanpa disuruh Mark membersihkan ujung bibirku yang satunya lagi. “Aaaa ini ngga sehat banget buat jantung gue” Teriak ku dalam hati.

            Aku merebahkan badan ku saat aku sudah berada didalam kamar ku. Rasanya hari ini  menyenangkan sekali, hampir seharian aku menghabiskan waktu bersama Mark. Jika seperti ini bisakah aku meminta pada tuhan untuk menghentikan waktu ini sejenak. Padahal aku dan Mark baru bertemu sehari yang lalu tapi entah mengapa setiap kali bersamanya aku benar-benar merasa nyaman, dan ku harap ini bukanlah rasa nyaman sesaat saja, aku tak ingin rasa nyaman ini berakhir dengan cepat.

 

Bersambung …

Akhir sebuah kisah (1)

      

    Malam ini,  seorang wanita  tengah berjalan tergesa-gesa melewati jalan yang begitu sepi. Terang saja karna sekarang jam sudah menunjukkan 11.55. wanita itu memakai baju sekolah sesekali ia menghembuskan angin berupa asap karna keadaan yang sangat dingin.

  "Aku tidak boleh terlambat " katanya sambil menatap depan rumahnya  

  Kaki itu mulai melangkah dengan sangat cepat  memasuki rumah, nafasnya terdengar berat saat berada di depan pintu rumah itu. Tangannya sudah siap untuk membuka knop pintu kayu. Sebelum membuka dia memejamkan mata dan mengambil oksigen sebanyak-banyaknya 


Kreettt...

DEG..

   Matanya membulat, seketika tubuhnya bergetar hebat. Kini wajahnya tampak pucat. Tubuhnya lunglai dan ambruk dengan keadaan duduk. Ia menutup mulutnya dengan kedua tangan. Sebulir air mata keluar dari kelopak mata sebelah kanannya dan di susul dengan satunya lagi kini butiran air bening itu tidak terhitung, mungkin puluhan ratusan, hingga jutaan.


Bersambung....

7 Days With Him (2)

Oleh : Nur Fakhirah


(2)

            “Oh… jadi lo ini orang Kanada campuran Korea. Terus lo ngapain di Indonesia?” Tanyaku pada Mark. Jadi orang yang ku jadikan tumbal tadi namanya Mark Lee, katanya Dia itu orang Kanada tapi ibunya orang Korea. “Gue kesini untuk mengunjungi keluarga gue, karena kebetulan di Kanada saat ini semua sekolah sedang libur musim semi” Jawab Mark lalu meneguk habis air mineral yang dia beli ditoko sebelumnya. “Oh begitu…. Tapi kenapa lo bisa fasih berbahasa Indonesia?” Tanyaku lagi. Maklum saja aku ini tipikal orang yang memiliki kadar rasa penasaran yang tinggi. “gue dulu pernah tinggal di Indonesia saat berumur 11  tahun lalu saat umur 14 tahun gue kembali lagi ke Kanada”. Aku yang mendengar penjelasan Mark hanya mengangguk mengerti.

            Selama perjalanan aku dan Mark terus bercerita berbagai hal hingga tak terasa aku dan Mark sudah sampai di rumah ku. “Oh! This is your house? Ternyata kita tetangga” ucap Mark antusias sambil sedikit tertawa. Aku pun ikut tertawa saat mendegarnya berbicara menggunakan bahasa campuran. Lalu setelah itu kami berdua masuk ke rumah masing-masing, tapi sebelum itu Mark sempat mengucapkan selamat malam kepada ku terlebih dahulu dan aku pun juga membalasnya. Tanpa sengaja aku sepertinya merasa nyaman saat berbicara dengan Mark seakan itu memiliki euphoria yang berbeda.

            Keesokan paginya aku mendengar suara ketukan di jendela kamar ku. Karena kami tetangga secara kebetulan jendela kamar ku dan balkon yang ada dibagian samping rumah Mark berhadapan secara langsung dan itu hanya berjarak sekitar 2 meter jadi sangat mudah untuk Mark mengetuk jendela kamar ku. “Kenapa mengetuk pagi-pagi sih Mark, ini tuh hari minggu, gue masih mau tidur nih” ucapku sedikit kesal. “oh come on girl, wake up right now. Ayo kita keluar jalan-jalan, kemarin lo bilang mau traktir gue sebagai permintaan maaf”. Dan akhirnya Aku hanya bisa pasrah saat mendengar 3 kata terakhir yang di ucapkan Mark.  

 

Bersambung….

7 Days With Him (1)

 

Oleh : Nur Fakhirah


(1)

            “Huaaaa Mama tolongin Fiana. Fiana di kejar Nenek oceng” Teriak ku dengan histeris. Hari ini sepertinya aku benar-benar sial, tadi pagi Aku di hukum karena terlambat datang ke sekolah dan sekarang diperjalanan pulang sekolah dikejar orang gila, entah sebesar apa dosaku kemarin sampai bisa sesial ini. Dan saat aku melihat ke belakang Nenek oceng masih terus mengejarku sambil membawa saji besinya, membuatku semakin ketakutan. Aku terus berlari berharap ada seseorang yang bisa ku jadikan tumbal pengganti diriku agar Aku tidak dikejar Nenek oceng lagi.

            Setelah berlari cukup jauh Aku melihat seseorang sedang berjalan ke arah ku juga, dan sepertinya dia adalah tumbal yang pas untuk ku, dia pasti bisa mengalihkan Nenek oceng karena dia adalah seorang laki-laki, tenaganya pasti lebih kuat. Saat aku sudah sampai di hadapannya aku mendorongnya mendekat pada Nenek oceng hingga dia menubruk Nenek oceng, “Woy apa-apaan lo!” teriak orang itu padaku sambil berusaha menghindar dari pukulan Nenek oceng, “Maaf-maaf, gue terpaksa, lain kali kalau ketemu gue traktir deh, makasih” Ucapku sambil terus berlari meninggalkan orang tersebut yang dipukuli Nenek oceng.

            Saat kurasa Aku sudah berlari cukup jauh, Aku pun berhenti sejenak untuk mengatur nafasku dan sekaligus singgah membeli minuman di sebuah toko. “Huh akhirnya bisa lega juga” ucapku setelah meneguk air mineral yang ku beli di toko tadi, lalu tiba-tiba ada orang yang menepuk bahuku, membuatku berbalik dan betapa terkejutnya Aku saat melihat orang tersebut, bahkan karena terlalu terkejut Aku sampai menyemburkan air yang berada di mulutku hingga mengenai wajah orang itu. “Setelah membuat gue dipukul orang gila sekarang dengan  seenak jidat, lo nyemburin air ke muka gue, dan bahkan lo dan gue ngga saling kenal!” ucap orang itu, terlihat jelas di raut wajahnya dia sedang berusaha untuk menahan emosinya. “Hehehe maaf ya kalau gitu ayo kenalan, kata orang kalau tak kenal maka tak sayang” ucapku sambil tertawa ringan.

 

Bersambung…

Guardian Angel 5

 Part 5

             “Natalia ayo cepat nanti Ibu akan terlambat”,kata Ibu Natalia. Natalia hanya mengabaikan perkataan Ibunya.  Selama perjalanan ke sekolah, Ibu dan Natalia hanya diam dan sibuk dengan pekerjaannya masing – masing. Saat sampai di gerbang sekolah, Ibu Natalia mencium jidat Natalia dan secara spontan Natalia kaget dengan apa yang dilakukan Ibunya karena biasanya dia tidak begini. Natalia pun hanya diam dan langsung masuk ke sekolah, sebenarnya Natalia sangat sayang Ibunya karena cuman Ibunya yang dia miliki sekarang. Saat Natalia bersantai di kamarnya, tiba – tiba ada yang mengetok jendela kamarnya. “tok...tok...tok...”.

            Natalia pun kaget dan sengaja membuat dirinya tidak mendengar suara apapun. Tetapi ketukan di jendela berbunyi lagi, maka dia pun langsung membuka jendela kamarnya. Ternyata itu adalah kak Narisimha, “Hai, adik comelkuu, ayo kita main ke taman kata Narisimha dengan senyuman yang begitu indah. Natalia pun sangat senang dan akhirnya mereka berdua pergi ke taman. Saat perjalanan ke taman, Natalia masih penasaran dengan kejadian kemarin, maka diapun langsung menanykan kepada Narisimha.Tiba – tiba Ayah Narisimha muncul lagi di depan mereka. Narisimha pun menyuruh Natalia untuk bersembunyi, tetapi kali ini Natalia sangat tidak ingin lagi bersembunyi dan ingin mengetahui siapa sebenarnya lelaki itu.

            Maka terjadilah pertempuran antara seorang anak dan Ayah. Natalia pun sangat kaget karena perkelahian ini bukan perkelahian seperti biasa melainkan dia bisa melihat Narisimha dan orang itu terbang. Beberapa menit kemudian, Narisimha terjatuh tersungkur ke jalan dan sudah kehabisan energi Natalia pun mendekat untuk membantu Narisimha. Narisimha pun sekali lagi memperingatkan Natalia untuk menjauhi dirinya dan sekali lagi Natalia tidak ingin mejauh. Tiba – tiba, mata Narisimha langsung berubah menjadi hitam pekat dan di giginya keluar taring yang sangat tajam karena dia tidak bisa lagi menahan hasratnya. Narisimha menoleh ke arah Natalia. Natalia pun secara spontan kaget dan sangat takut,dia  ingin kabur tetapi sudah terlambat. Seketika itu pun juga Narisimha langsung meloncat dan mengigit leher Natalia. Natalia sudah kehilangan nyawanya dan lehernya tercabik – cabik . Setelah itu, Narisimha pun langsung sadar atas perbuatannya. Narisimha sangat menyesal dan membenci dirinya karena tidak bisa menjadi Guardian Angel Natalia, melainkan dia sendiri yang membunuh Natalia.

                                                                         --- Tamat ---


Metamorposa 6

               “Sayang, bangun nak…” ucap seseorang sambil mengusap rambutku. Pasti itu mamaku.             “Hmm… iya ma” ucapku sambil du...