Minggu, 20 September 2020

7 Days With Him (1)

 

Oleh : Nur Fakhirah


(1)

            “Huaaaa Mama tolongin Fiana. Fiana di kejar Nenek oceng” Teriak ku dengan histeris. Hari ini sepertinya aku benar-benar sial, tadi pagi Aku di hukum karena terlambat datang ke sekolah dan sekarang diperjalanan pulang sekolah dikejar orang gila, entah sebesar apa dosaku kemarin sampai bisa sesial ini. Dan saat aku melihat ke belakang Nenek oceng masih terus mengejarku sambil membawa saji besinya, membuatku semakin ketakutan. Aku terus berlari berharap ada seseorang yang bisa ku jadikan tumbal pengganti diriku agar Aku tidak dikejar Nenek oceng lagi.

            Setelah berlari cukup jauh Aku melihat seseorang sedang berjalan ke arah ku juga, dan sepertinya dia adalah tumbal yang pas untuk ku, dia pasti bisa mengalihkan Nenek oceng karena dia adalah seorang laki-laki, tenaganya pasti lebih kuat. Saat aku sudah sampai di hadapannya aku mendorongnya mendekat pada Nenek oceng hingga dia menubruk Nenek oceng, “Woy apa-apaan lo!” teriak orang itu padaku sambil berusaha menghindar dari pukulan Nenek oceng, “Maaf-maaf, gue terpaksa, lain kali kalau ketemu gue traktir deh, makasih” Ucapku sambil terus berlari meninggalkan orang tersebut yang dipukuli Nenek oceng.

            Saat kurasa Aku sudah berlari cukup jauh, Aku pun berhenti sejenak untuk mengatur nafasku dan sekaligus singgah membeli minuman di sebuah toko. “Huh akhirnya bisa lega juga” ucapku setelah meneguk air mineral yang ku beli di toko tadi, lalu tiba-tiba ada orang yang menepuk bahuku, membuatku berbalik dan betapa terkejutnya Aku saat melihat orang tersebut, bahkan karena terlalu terkejut Aku sampai menyemburkan air yang berada di mulutku hingga mengenai wajah orang itu. “Setelah membuat gue dipukul orang gila sekarang dengan  seenak jidat, lo nyemburin air ke muka gue, dan bahkan lo dan gue ngga saling kenal!” ucap orang itu, terlihat jelas di raut wajahnya dia sedang berusaha untuk menahan emosinya. “Hehehe maaf ya kalau gitu ayo kenalan, kata orang kalau tak kenal maka tak sayang” ucapku sambil tertawa ringan.

 

Bersambung…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Metamorposa 6

               “Sayang, bangun nak…” ucap seseorang sambil mengusap rambutku. Pasti itu mamaku.             “Hmm… iya ma” ucapku sambil du...