Minggu, 20 September 2020

Kakak Kelas 3

Oleh    : Nabilah Nurul Inayah

Part 3

    Kini semuanya berbeda kurasakan, setelah aku mengetahui sosok wanita yang sedang dekat dengannya. Wanita yang istimewa di matanya, wanita yang ia kagumi. Ya itu lah yang terjadi, dan wanita itu bukan aku. Karena aku bukanlah wanita yang ia kagumi, dan juga wanita yang tidak terlihat istimewa di mata kakak kelas itu. Hampa  kosong, dan sakit saat melihat mereka jalan bersama didepan kelasku. Karena harapan saat ini telah pupus, pupus karena kakak kelas itu sama sekali tak menyadari keberadaanku di sekelilingnya. Keberadaanku dimana saat dia berada, disitulah aku berdiri melihatnya.

    Kecewa, itulah yang aku rasakan. Kenapa dia tak memberi kesempatan untukku mendekatinya. Seolah aku hanya datang, terdiam, melihatnnya dan berlalu di hadapannya. Mungkin ini salah, karena aku lah yang tak berani untuk memulainya sehingga ia tak pernah menayadari keberadaanku. Tapi kenapa dia tak memulainya dulu? Kenapa harus aku? Perasaan ini terus bergulir. Semakin kurasakan, semakin kumenyadari. Ternyata selama ini aku terbawa oleh situasi yang tak seharusnya aku disana. Kedalam harapan palsu yang dia berikan. Rasa itu terus menguat, bahwa aku salah menilai perasaan dia padaku. 

    Tak berlangsung lama, setelah ku mengetahui kedekatannya dengan wanita itu. Wanita yang ia kagumi, dan wanita yang istimewa di matanya. Cinta telah bersemi diantara mereka, tak lama setelah satu bulan aku mengetahui hal ini. Selama itu juga, aku hanya bisa seolah tersenyum akan kepedihan ini. Suatu halyang sama sekali tak memihakku, dan hanya membuatku bisa terdiam begitu saja tanpa mampu bertindak lebih untuk memenangkan perasaanku. Aku sadar, dan aku mengetahui tak sepantasnya aku ikut canpur tentangnnya. Siapa aku? aku bukan siapa- siapa dia, dan aku tak punya hak atas dia. Mereka kini telah menjadi sepasang kekasih. Terlihat begitu jelas dari sikap dia berbeda dari yang semula kukenal. Aku hanya bisa melihatnya dari jauh dan terus tersenyum walaupun itu sangat sakit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Metamorposa 6

               “Sayang, bangun nak…” ucap seseorang sambil mengusap rambutku. Pasti itu mamaku.             “Hmm… iya ma” ucapku sambil du...