Minggu, 20 September 2020

Kakak Kelas 4

 
Oleh     : Nabilah Nurul Inayah

Part 4



    Sakit ,hancur, dan tak berdaya yang kurasakan saat aku harus menerima kenyataan ini. Karena semua harapanku dan mimpiku telah sirna karenanya. Harapan untuk bisa bersama dan dekat dengannya seperti wanita yang telah bersamanya itu, dan mimpi itu memudar, karena mimpi untuk mendekatinya tak bisa lagi kuteruskan. Semuanya pupus, aku hanya bisa terus tersenyum. Teman-temanku terus menyemangatiku untuk tetap tabah. Ya, walaupunitu sangatlah sulit untuk kulakukan,

    Sejak Kejadian itu, aku sadar. Sadar jika dia, kakak kelasku, telah bersama wanita itu. Aku  tak bisa mencampuri urusan mereka dengan masalah pribadiku, dengan masalah perasaanku karena telah mennyukainya terlalu dalam. Kuputuskan untuk menyimpannya. Menyimpan kenangan semasa aku dan kakak kelas itu bisa dekat, kenangan yang hanya dapat melihatnnya dari jauh, menunggunya lewat , saat beberapa kesempatan bisa dekat dengannya, saat dimana aku bisa merasakan bahagia akan kehadiraannya meski tak saling bicara. Aku  hanya bisa  mengukir dan menyimpan  kisah ini. Kisah yang begitu indah saat pertama kali, meski kini kenangan  itu telah berubah jauh dari yang kuharapkan. Karena nyatanya aku dan dia tak bisa bersama dalam sebuah hubungan yang kuinginkan, lebih dari hanya sekedar mengenal dan dekat. Karena cintanya bukan untukku, cintanya hanya untuk wanita yang istimewa di matanya itu, wanita yang menjadi kekasihnya.

    Tak sedikitpun niat untuk merusak hubangannya dengan wanita itu. Karena aku hanya ingin melihat dia bisa bahagia bersama orang yang ia sayangi dan cintai. Meski aku kecewa, tapi rasa kecewa itu seakan sirna. Meski harapan untuk bisa bersamanya telah hilang. Namun kenangan  itu tersimpan rapi dalam kenanganku bersamanya.  Semua perasaanku yang mengubur kenangan bahagia meski pun rasa bahagia itu hanya untukku, karena dia tak pernah menyadarinya, sampai saat ini. Karena kini, kisah ini hanyalah kisah tentang aku dan kakak kelasku.


~TAMAT ~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Metamorposa 6

               “Sayang, bangun nak…” ucap seseorang sambil mengusap rambutku. Pasti itu mamaku.             “Hmm… iya ma” ucapku sambil du...