Ternyata Fadli-lah yang telah memanggil Mina. Aku sangat kaget karena
Fadli tiba-tiba muncul. Akupun seketika terdiam di hadapannya tidak tahu harus
berbuat apa.
“Eh, Fadli…” kata Mina
yang kaget karena kedatangan Fadli.
“Hai Rin” Fadli
menyapaku, sedangkan aku hanya membalasnya dengan senyuman. Aku bingung harus
berbuat apa, rasanya aku ingin pulang kerumah sekarang.
“Kapan kamu datang? Aku
kira kamu belum pulang kerumah mu.” tanya Mina kepada Fadli dengan penasaran”
“Baru tadi pagi aku
sampai dirumah.” Jawab Fadli dengan santai.
“Lalu, ngapain kamu
kepasar? Bukannya istirahat malah keluyuran” tanya Mina dengan panjang lebar.
“Ini, disuruh sama ibu
beli sayur sama ikan” kata Fadli sambil memperlihatkan belanjaannya.
“Oh…” kata Mina ber-oh
ria.
Aku hanya melihat mereka yang sedang berbincang-bincang sambil memakan
bakso.
“Rin, kok diam saja?”
tanya Mina kepadaku membuat Fadli menoleh kepadaku juga.
“Nggak apa-apa, ajak
Fadli bicara saja. Aku cuman mau makan bakso” kataku sambil berbisik-bisik
dekat telinga Mina.
“Eh Fadli, Ririn mau
kamu ikut makan bakso” kata Mina yang membuatku membulatkan mataku. Kemudian
aku mencubit tangan Mina yang ada disampingku. Aku sangat yakin bahwa Mina
belum membersihkan telinganya.
“Siapa yang traktir nih?”
tanya Fadli.
“Ririn dong, iyakan Rin”
jawab Mina dengan cepat. Aku hanya tersenyum terpaksa melihat tingkah Mina.
Setelah Fadli duduk tepat didepanku, suasana menjadi hening tidak ada
yang memulai pembicaraan. Tiba-tiba pesanannya Fadli datang kemudian Fadli pun
memakan baksonya itu. Tidak ada yang memulai percakapan, semua hanya sibuk
makan. Aku ingin sekali bertanya kepada Fadli tentang kabarnya, sekolahnya bagaimana
dan masih banyak lagi. Aku hanya membolak-balik bakso yang ada didalam
magkokku. Aku takut bertanya kepadanya, nanti dia pikir aku terlalu kepo
tentangnya.
“Rin, Fadli aku mau
pergi beli sesuatu dulu yah” kata Mina yang memecahkan keheningan, tapi
membuatku terkejut.
“Aku ikut” kataku
dengan cepat.
“Kamu disini saja,
lagian tuh bakso belum habis. Lihat baksoku sudah habis. daahhh” kata Mina yang
kemudian meninggalkan aku dengan Fadli. Otomatis, aku bingung mau ngapain, aku
sudah tidak berselera makan. Tapi sayang baksonya, jadi aku paksakan memakannya.
Tiba-tiba aku tersendat bakso kemudian dengan cepat Fadli memberiku air minum.
“Makanya, hati-hati
kalau makan” kata Fadli sambil mmeberi air minum kepadaku.
“Iya-iya” sahutku
dengan suara yang kecil.
“Emang suara kamu
kecil?” tanya Fadli sambil meemakan baksonya.
“Nggak” kataku dengan
suara keras. Sampai-sampai penjual bakso melihatku, akupun menunduk.
“Kalau bicara sama aku,
lihat aku” kata Fadli.
“Hmm…” sahutku sambil
melihat Fadli. Dia juga melihat ku, otomatis mata kami bertemu. Langsung saja
aku memutuskan kontak mata dengannya dan melanjutkan makan bakso. Saat Mina
telah kembali, baksoku dan bakso Fadli telah habis. Aku pun membayar bakso
mereka.
“Kalian mau langsung pulang?”
tanya Fadli sambil mengangkat belanjaannya.
“Iya, kenapa?” jawab
Mina.
“Aku antar kalian yah”
kata Fadli sambil melirikku sebentar.
“Kalau gitu, kamu sama
Ririn saja” kata Mina yang sukses membuatku lebih terkejut lagi.
“Nggak, nggak dan nggak”
kataku dengan cepat.
“Ayolah Rin, rumah kita-kan jauhan. mendingan sama Fadli saja.
Sekalian aku mau jemput adikku di rumah temannya” kata Mina dengan wajah yang
memohon.
“Yaudah, Ririn sama aku
saja” kata Fadli
“Aku…..”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar