Pranggggg… Bunyi gelas yang terjatuh dari tangan ku.
Gelas itu terjatuh karena aku kaget melihat Fadli. Fadli berdiri didepan
rumahku sambil melihat kearahku. Dia terus menatapku, sampai akhirnya aku
tersadar oleh teriakan mama.
“Ririn… kamu mecahin apa lagi nak?” teriak mamaku dari
dalam rumah.
Tapi saat aku menoleh ke tempat Fadli berdiri, dia sudah tidak ada.
Mungkin aku hanya berhalusinasi gara-gara selalu memikirkan bahwa Fadli akan
pulang kampung.
“Gelas ma… Ririn nggak sengaja” jawab ku dengan nada
bersalah.
“Yaudah, kalau begitu bersihkan serpihannya. Hati-hati”
kata mamaku yang berjalan kearahku sambil menyodorkan sapu.
“iya ma” jawabku dengan menerima sapu itu.
Mumpung hari ini libur, jadi aku
berencana mengajak Mina pergi ke pasar untuk cuci mata. Maksud aku cuci mata
itu, lihat-lihat jualan dipasar seperti baju, tas, sepatu dan lainnya. Bukan
melihat-lihat laki-laki. Baru saja aku akan menelepon Mina, dia menelepon ku
lebih dulu.
“Ke pasar yukk” Ajakku dengan memulai obrolan.
“Ngapain?” tanya Mina.
“Cuci baju… ya iyalah
beli barang” jawabku sambil bercanda.
“Oh… aku mau, tapi di
traktir yah, soalnya aku nggak punya uang nih. Hehehe “ kata Mina sambil
terkekeh.
“Okelah kalau begitu,
tapi cuman seribu saja yah. hahaha” candaku dengan tertawa terbahak-bahak.
“Jangan pelit Rinn”
kata Mina dengan nada sedih.
“Iya-iyaa… Tapi kita
pakai motor kamu yah, soalnya mamaku sedang kaluar” Kataku.
“Sip dahh… aku ganti
baju dulu yah” kata Mina.
“Aku juga akan ganti
baju” kataku sambil mematikan sambungan teleponku dengan Mina.
Tidak lama kemudian, aku mendengar suara motor diluar rumah ku.
“Ririnnnn” Teriak Mina
dengan suara yang hampir memenuhi rumahku.
“Iya-iyaa Mina, santai
dong kalau teriak kampung orang nih” kataku sambil berjalan mendekatinya.
Terlihat Mina telah lengkap dengan helm dan jaketnya, akupun juga begitu.
“Upss,
maaf-maaf…hehehe” kata Mina sambil terkekeh.
“Yaudah, yukk jalan”
kataku sambil mengambil alih sepeda motor Mina. Setiap kami pergi berdua, aku
yang selalu bonceng Mina. Aku nggak tahu
kenapa, mungkin dia hanya malas.
Sesampainya dipasar, Mina lah yang selalu menunjukkan tempat penjual
barang yang memiliki kualitas barang bagus dan aku pun hanya mengikutinya. Kami
tidak lupa membeli gantungan kunci couple dan gelang bersama. Saat kami
merasa lapar karena saharian keliling pasar, kamipun pergi ke tempat penjual
bakso. Kenapa harus bakso? karena Mina pecinta bakso dan dirumahnya itu pasti
ada bakso.
“Rin, rasa bakso disini
enak banget loh” ujar Mina sambil memakan lahap baksonya.
“iya iya… tapi makannya
hati-hati” kataku.
“Mina” sapa seseorang
dari belakang.
Aku dan Mina langsung membalikkan badan untuk melihat siapa yang
memanggil Mina. dan ternyata dia…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar