Part 1
Senna adalah namaku. Aku saat ini bersekolah di salah satu sekolah elit di kotaku. Lebih tepatnya aku menginjakkan kaki di kelas XII. Hidupku sebenarnya dulu bahagia-bahagia saja.Aku mempunyai kedua orang tua yang menyayangiku, dua orang sahabat yang selalu ada untukku, dan tentunya satu orang teman spesial. Dimana dulu diriku mendapatkan kehidupan yang sangat layak, disenangi banyak orang, dan banyak yang ingin menjadi temanku.Dulu aku boleh saja menggunakan fasilitas dari Ayahku. Saat dulu, aku kesekolah mengendarai mobil, belanja sesukaku, bermain dimanapun aku suka, apapun yang aku inginkan selalu aku dapatkan.
Namun sekarang berubah dalam sekejap. Dimana Ayahku dinyatakan bangkrut dan sekarang sedang berusaha untuk melawan penyakit yang sedang menggerogoti tubuhnya. Sebagai anak pertama dan anak satu-satunya, akupun berusaha untuk membantu Ibuku sebagai tulang punggung keluarga menggantikan sementara Ayahku. Dulu aku bahkan tidak terima akan keadaanku saat ini, tetapi semakin kesini semakin aku mulai terbiasa.
“Maafkan Ayah nak” kata-kata itu yang sering diucapkan oleh ayahku sambil mengusap rambutku. Namun hal itu sangat membuatku sedih dan merasa bersalah.
“Tidak yah, ini bukan salah siapa-siapa. Mungkin sudah memang diatur oleh Allah”. Ucapku sambil tersenyum tulus.
Tapi satu hal yang aku sangat sayangkan disini bahwa kenyataannya orang-orang disekitarku mulai menjauhiku dikarenakan keadaanku saat ini. Memang disekolahku terkenal dengan kata Bullying. Meraka selalu melakukan hal tersebut terhadap murid-murid yang memang kurang mampu dan hanya mendapatkan beasiswa.
Saat aku sampai disekolah, aku menjadi pusat perhatian. Itu terjadi dikarenakan dulu aku yang selalu memakai mobil mewah namun sekarang memakai angkutan umum. Bisi-bisik tentangku terjadi dimana-mana. Hanya dua orang sahabatku lah yang bernama Clara dan Cika yang menerima keadaanku saat ini dan tidak menjauhiku. Jangan lupa dengan Abyz yang selalu ada untukku. Dia merupakan pacarku disekolah.
Disaat aku ingin kekelas tiba-tiba “byuurrrr” air membasahi tubuhku, jangan lupa tepung yang sudah memenuhi hampir seragamku. Hal itu dilakukan oleh geng-geng yang terdiri dari tiga orang tersebut dengan tampang menor.
“Masih berani lo sekolah disini. Disekolah ini tidak menerima siswa yang kayak lo ini.. Mendingan lo cari kerja gih”.Ucapnya sambil menatapku dengan menantang.
“Cih, nggak sadar lo? Apa pantas kesekolah pakai make up yang berlebihan. Terus apa salahnya gue sekolah disini. Apa anak seperti gue nggak pantas disekolah ini. Sekolah tempatnya untuk menuntut ilmu jadi siapapun berhak untuk sekolah disini”. Ucapku menahan diri sambil menatapnya tajam dan pergi untuk meninggalkan tempat itu. Karena saat ini kami sedang menjadi tontonan oleh murid-murid lain. Tujuanku hanyalah satu yaitu toilet, dimana aku bisa menangis untuk mengeluarkan kesedihanku.
Tiba-tiba saat aku menangis di depan kaca besar toilet.
Brakkkkk……..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar